Opini

Visi Perubahan yang Sahih

Untuk mendapatkan keadilan dalam menuju perubahan yang sebenarnya, diperlukan visi yang sahih dari perubahan itu sendiri, yakni berupa pemahaman dari semua kalangan. Bahwa semua itu tak akan bisa diraih dengan cara yang sama, karna akan menghasilkan kondisi yang sama, yakni kerusakan.


Oleh Ummu Miqdad

JURNALVIBES.COM – Unjuk rasa atau protes sering dilayangkan oleh seseorang yang merasa tidak puas dengan suatu kondisi. Hal ini biasa dilakukan oleh hampir semua orang, bahkan seorang balita sekalipun bisa melakukannya. Misalnya saja sang ibu salah memahami perkataannya yang kadang masih kurang jelas. Dia akan marah, sampai ibunya paham dengan yang dia maksud. Dengan hal yang demikian itu, si balita ataupun yang lain berharap sesuatu berjalan sesuai keinginan yang dimaksud.

Seperti juga yang terjadi pada kamis lalu, pada 22 Agustus 2024 di depan kompleks DPR Jakarta terjadi aksi unjuk rasa yang dihadiri ribuan orang dari berbagai elemen masyarakat, seperti sipil, mahasiswa, buruh, organisasi, artis bahkan komika. (Tempo, 22-08-2024)

Aksi ini dipicu dari sikap DPR yang dianggap mengangkangi keputusan MK terkait ambang batas syarat pencalonan kepala daerah dan juga batas kandidat peserta Pilkada 2024.

Bergabungnya masyarakat ini menunjukkan reaksi perlawanan dari kesewenang-wenangan kaum elit politik yang memegang kekuasaan.

Dengan leluasanya mereka mengubah suatu ketetapan demi memenuhi ambisi berkuasanya tanpa lagi memedulikan nilai-nilai demokrasi yang katanya di junjung tinggi.

Begitulah jika manusia dengan pongahnya membuat aturan sendiri yang menurutnya bagus. Setiap kondisi harus membuat keuntungan yang besar, meski harus memilih untuk mendukung kaum pengusaha dan mengorbankan rakyat biasa.

Inilah dampak dari penerapan sistem kapitalis sekuler, yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, juga termasuk memisahkan dari negara. Sehingga terjadi kerusakan di segala bidang dan menjadikan rakyat sebagai korbannya.

Rakyat yang memang sudah terpolakan dengan kehidupan sekuler ini kebingungan mencari solusi terbaik bagi kelangsungan kehidupannya dan stabilitas negaranya hanya mampu melayangkan protesnya terhadap ke sewenangan penguasa yang menggusik rasa keadilannya.

Adanya kesadaran mengenai kerusakan sistem ini memang telah di rasakan oleh sebagian masyarakat, seperti tampak pada pernyataan Jamalulail Abizzati dari Forum Betawi Intelek bahwa lengsernya Soeharto pada Reformasi 98 hanya akan melahirkan Soeharto baru (voaindonesia, 22-08-2024)

Namun bergeraknya berbagai elemen masyarakat itu masih belum berlandaskan pemahaman yang benar terhadap akar masalah dan solusinya. Sehingga masih bersandar pada demokrasi sesungguhnya menjadi kerusakan itu sendiri.

Memang benar semboyan dari dan oleh oleh rakyat terasa begitu indah didengar. Namun hanya seperti angan-angan. Karena telah berulang kali negara ini menodainya sendiri dengan melukai rasa keadilan itu sendiri mencoreng semboyan yang di agung-agungkan itu. Seolah-olah menjadikan rakyat hanya sebagai penonton dari kearoganan ambisius para pemegang kekuasaan di negara ini.

Untuk mendapatkan keadilan dalam menuju perubahan yang sebenarnya, diperlukan visi yang sahih dari perubahan itu sendiri, yakni berupa pemahaman dari semua kalangan. Bahwa semua itu tak akan bisa diraih dengan cara yang sama, karna akan menghasilkan kondisi yang sama, yakni kerusakan.

Pemahaman yang benar, bahwa selama masih menerapkan aturan yang dibuat oleh manusia, akan banyak kekurangannya. Sebab begitulah manusia, lemah dan banyak kekurangan. Yang ada adalah memperturutkan syahwat yang ingin terus berkuasa. Tanpa mempedulikan penderitaan orang lain.

Pemahaman yang benar, bahwa hanya dengan melaksanakan aturan yang berasal pencipta Yang Maha Adil dan Mengatur lah, maka perubahan yang berkeadilan sosial itu akan terwujud. Karena visinya tak sekadar mendapatkan kejayaan di dunia, namun juga kejayaan di akhirat, yakni keselamatan. Sehingga setiap tindakan akan diperhitungkan karena sadar akan dipertanggungjawabkan.

Pemahaman ini ada di dalam Islam. Dimana kekuasaan itu adalah amanah, yang akan di pertanggung jawabkan. Sehingga kebijakan yang dilakukan tak boleh sampai menjerumuskan rakyat kepada kesengsaraan dan perselisihan.

Untuk itu diperlukan sekelompok orang yang memiliki pemahaman yang benar untuk membina masyarakat agar mengetahui dan memiliki visi perubahan yang sahih. Sehingga rakyat akan mengetahui jalan menuju perubahan yang hakiki dengan pasti.

Hanya dengan menerapkan peraturan Islam yang bersumber dari Yang Maha Adil dan Maha Pengatur akan dapat mencapai visi perubahan yang sahih dan menghindarkan dari segala kerusakan. Wallahu a’lam bishawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz


Photo Source by canva.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button