Gangguan Mental Pada Remaja, Salah Siapa?

Oleh. Dewi Sartika
(Pemerhati Kebijakan Publik)
JURNALVIBES.COM– Di era yang semakin modern, semua aktivitas dilakukan secara digital. Media sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari semua kalangan termasuk remaja. Seperti pedang bermata dua, bagi pengguna media sosial yang berlebihan atau tidak bijak dalam bermedia sosial menimbulkan risiko yang berbahaya seperti paparan standar kecantikan yang tidak realistis bullying dan kecanduan digital yang dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Gangguan yang terjadi akibat dari ekspektasi berlebihan terhadap standar sosial yang tidak realitas.
Saat ini, remaja Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental yang cukup serius. Berdasarkan data Indonesia-National Adolescent Mental Survey 2024, tercatat 34,9% atau sekitar 15,5 juta jiwa remaja mengalami gangguan mental. Fenomena ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk segera diatasi.
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga BKKBN, Isyana Bagoes, menyoroti bahwa generasi muda harus menyadari tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja. Isyana menekankan pentingnya perhatian terhadap kondisi kesehatan mental yang mempengaruhi kehidupan generasi muda. (Busway, 16-02-2025)
Fenomena Child-Free dan Kesehatan Mental Remaja
Selain masalah mental yang menjadi momok mengkhawatirkan bagi remaja, fenomena child-free juga semakin berkembang di kalangan generasi muda. Semakin banyak pemuda yang takut untuk menikah atau menikah tetapi tidak mau memiliki anak. Data terbaru dari BPS (Susenas) 2022 menunjukkan bahwa sekitar 71.000 atau 8,2% perempuan memilih untuk tidak memiliki anak. Temuan ini didapat dari laporan BPS 2023 yang berjudul “Menelusuri Jejak Child-Free di Indonesia”.
Kegagalan Negara Membina Generasi
Fenomena banyaknya remaja yang terjangkit penyakit mental tidak lepas dari kegagalan negara dalam membina generasi sebagai support system bagi remaja agar generasi sehat secara mental. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya penyelesaian, maka keinginan menjadikan generasi emas 2045 hanya menjadi mimpi semata dan mustahil dapat terwujud.
Rusaknya mental remaja tidak serta-merta terjadi begitu saja, ada faktor sistemis yang memicu terjadinya gangguan mental pada generasi. Mulai dari faktor minimnya peran orang tua dalam mendidik anak, maupun pola asuh yang diterapkan orang tua. Padahal, sejatinya orang tualah yang menjadi pendidik utama bagi anak-anak sebelum mereka mengenyam pendidikan formal. Faktor lainnya seperti kondisi keluarga yang tidak harmonis, sulitnya ekonomi, dan krisis identitas membuat remaja sulit menemukan jati dirinya. Tekanan dari lingkungan, hubungan buruk dengan teman sebaya, serta mengalami kekerasan seksual dan perundungan juga berkontribusi terhadap gangguan mental.
Merujuk pada fakta di atas, ini menunjukkan bahwa hancurnya mental generasi muda saat ini bukan karena faktor individu semata melainkan akibat dari kesalahan penerapan sistem, yakni sistem kapitalisme sekuler. Penerapan sistem ini memiliki dampak signifikan bagi kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek salah satunya adalah aspek pendidikan.
Penerapan sistem pendidikan kapitalis berlandaskan materi, memisahkan agama dari proses belajar mengajar, kurikulum yang diterapkannya pun jauh dari mata pelajaran agama dimana kurikulum saat ini siswa disibukkan mengajar materi Semata. Inilah yang membentuk para generasi sehingga mereka berperilaku liberal dan tidak mampu memahami jati dirinya.
Di samping itu, negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, di mana kekayaan yang melimpah seharusnya menjadi milik rakyat justeru dikuasai oleh para korporasi sehingga menjadikan masyarakat tidak dapat menikmati dan merasakan kesejahteraan. Beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi semakin berat karena sempitnya lapangan pekerjaan. Negara abai dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya yang mengakibatkan rakyat sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan). Tekanan hidup yang sangat berat dan susah turut andil memicu munculnya tekanan mental bagi remaja.
Bukan hanya dari sisi ekonomi, media sosial juga menjadi faktor yang memicu terjadinya gangguan mental. Saat ini, negara membiarkan media sosial mempromosikan gaya hidup konsumtif dan hedonistik ala Barat, sementara pemahaman remaja untuk memfilter tayangan media sosial sangat minim. Akibatnya, remaja terbawa arus kehidupan yang konsumtif. Mereka menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan, termasuk kecantikan, prestasi, popularitas, pakaian, dan sebagainya. Ketika mereka tidak mampu memenuhi tuntutan gaya hidup tersebut, tekanan mental pun muncul.
Solusi yang diberikan oleh negara hanyalah sekadar sosialisasi pragmatis yang tidak menyentuh akar persoalan mental remaja, yakni perubahan mendasar pada sistem kehidupan. Agar generasi terhindar dari tekanan mental, mereka harus hidup dalam sistem kehidupan yang benar, yang mampu menjaga fisik dan mental remaja serta mengembalikan mereka pada fitrahnya sebagai seorang pemuda.
Namun, negara lamban dalam mengatasi persoalan ini, sampai-sampai gangguan mental pada remaja semakin meluas. Jika problem ini tidak segera diatasi, maka kerusakannya pun akan semakin parah. Para remaja akan melakukan hal-hal yang menjerumuskan mereka pada perilaku yang merusak, seperti narkoba, bunuh diri, dan menyalahkan diri sendiri. Sehingga, nantinya gangguan mental tidak hanya terjadi pada generasi saat ini, tetapi juga pada generasi yang akan datang, yang pada akhirnya mengancam masa depan bangsa.
Islam Memberi Perlindungan Terhadap Kesehatan Mental Generasi
Jika diteliti lebih jauh penyebab rusaknya mental generasi muda hari ini adalah akibat penerapan sistem kapitalisme. Maka solusi hakiki untuk mengatasi masalah ini adalah mengganti sistem kapitalisme dengan sistem yang sahih yakni sistem Islam. Kehidupan yang dipengaruhi sistem Islam menjadikan manusia termasuk generasi muda akan memahami tujuan hidup mereka, bahwa hidup adalah untuk beribadah kepada Allah oleh karna itu, seluruh aktivitasnya tidak lepas dari aturan syariat Islam.
Ditambah lagi dengan peran negara yang memberi perlindungan secara penuh kepada masyarakat kepemimpinan islam sebagai wujud penerapan syariat yang disabdakan oleh Rasulullah
” Pemimpin atau khalifah adalah raa’in (pengurus) Dan ai akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang diurusnya”.( HR al-bukhari).
Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab melahirkan generasi yang unggul, berkualitas dan cemerlang. Untuk mewujudkan generasi yang berkualitas maka negara yang menerapkan sistem Islam akan menerapkan syariat Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan.
Dalam buku Nizham Al Islam masyru’ ad- Durtur bab 7 Syeh Taqiyudin an-Nabhani menjelaskan bahwa “ negara atau khilafah memberlakukan syariat Islam atas seluruh rakyat berkewarganegaraan Islam”.
Islam mewajibkan negara menerapkan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Oleh karena itu dalam negara Islam sistem pendidikan tidak akan melenceng dari syariat Islam baik kurikulum maupun penerapannya. Syekh taqiyudin An-nabhani dalam kitab muqodimah ad-Dustur rancangan undang-undang pasal 167 bahwa
“Pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam yang membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan”
Dengan tujuan itu, pendidikan Islam menghasilkan generasi muda yang berkepribadian Islam yakni generasi yang memiliki pola pikir (aqliyah) Islam dan pola sikap Islam pula. Generasi yang paham akan jati dirinya serta memahami tujuan hidupnya yakni untuk menghamba kepada Allah dan meraih rida Allah.
Selain itu, sistem pendidikan Islam mendidik para generasi muda untuk selalu dengan Al-Quran dengan metode pembiasaan membaca, memahami, menghafal serta mengaplikasikan apa yang dipahami dari Al-Quran dan dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil, generasi yang memiliki pola sikap dan pola pikir islami akan menjadi generasi yang tangguh yang mampu mengatasi dan menghadapi masalah dengan pemahaman yang mereka miliki.
Selain menerapkan sistem pendidikan Islam, negara juga memberi edukasi kepada orang tua betapa pentingnya pola asuh yang benar terhadap anak-anak, pentingnya memberikan pendidikan sejak dini, dan memberi perhatian kepada anak-anak remaja yang mereka miliki. Sehingga anak tidak salah dalam pergaulan dan mencari pelarian di luar.
Negara juga menyiapkan masyarakat yang kondusif agar mereka tidak bersikap apatis dan individualistik serta mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang gemilang. Yakni generasi yang memiliki mental sehat dan kuat.
Negara Islam menerapkan sistem ekonomi Islam di mana sumber daya alam dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kemaslahatan rakyat. Sehingga rakyat dapat merasakan kesejahteraan, terpenuhi seluruh kebutuhan pokoknya sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan seluruhnya dijamin oleh negara dengan pelayanan yang berkualitas tanpa membedakan status sosial.
Negara yang menerapkan sistem Islam juga menetapkan kebijakan yang menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam menjadikan remaja terjerat pada persoalan kehidupan dengan cara:
- Mengatur media agar menayangkan konten yang sesuai dengan syariat Islam.
- Menerapkan sistem pergaulan Islam agar remaja terhindar dari pergaulan bebas, seks bebas, serta perbuatan yang menyimpang lainnya.
- Menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu menjamin Kesejahteraan rakyat termasuk remaja.
Dengan demikian, hanya penerapan sistem Islam yang mampu melindungi seluruh warga negaranya termasuk remaja, menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat dan memenuhu seluruh kebutuhannya, serta menjaga mental generasi tetap sehat.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com