Sambut Ramadhan, Gaza Masih Terjajah

Oleh. Ummu Miqdad
(Pegiat Literasi)
JURNALVIBES.COM– Pada 19 Januari lalu, gencatan senjata dilakukan di Palestina setelah lebih dari setahun Israel melakukan serangan agresinya. Peristiwa ini disambut dengan sukacita oleh warga yang ingin segera kembali ke rumah mereka.
Tidak seperti kita yang bepergian, masih menemukan rumah tempat kembali yang aman dan nyaman, warga Gaza hampir seluruhnya pulang ke rumah yang berupa reruntuhan. Namun mereka tetap bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang mungkin tidak semua orang memahaminya, yakni tengah kesulitan kehidupan, tanpa fisik rumah, air, listrik, bahkan makanan.
Ramadan kali ini pun mereka masih juga diliputi dengan suasana yang mencekam. Gencatan senjata hanya belaku sampai hari Paskah berlalu. Mereka masih mengalami penyerangan pada masa tenang itu. Muslim di Palestina masih dalam cengkeraman penjajah, dan tidak tahu sampai kapan berakhir sehingga dapat kembali hidup dalam keadaan yang normal.
Ancaman penjajah tak hanya berasal dari Israel, namun dari negara adidaya yang mulai menunjukkan wajah asli dari penjajah. Mereka yang senantiasa menyokong dan mengisi amunisi untuk merenggut jiwa-jiwa yang tak bersalah itu.
Dilansir dari Indonesia (20-2-2025), Trump ingin mengambil alih Gaza dan memindahkan penduduknya. Ini menandakan adanya ambisi negara adidaya untuk menguasai Palestina dan menyingkirkan warga dari tanah kelahirannya, juga tanda arogansi terhadap negara lain, dengan pernyataan seolah-olah berhak menentukan kebijakan negara lain. Kita bisa melihat dari pernyataan orang nomer 1 di AS bahwa akan ada upaya memindahkan warga Gaza ke Mesir, Yordania, bahkan ke Indonesia.
Ramadan telah tiba, hari kemenangan pun di depan mata. Namun kondisi Palestina masih mencekam dan terpuruk. Kesedihan masih menyelimuti mereka. Keselamatan masih seperti fatamorgana, sebab negara Zionis masih saja berkhianat atas perjanjian yang dibuatnya sendiri. Mereka melakukan penyerangan saat gencatan senjata masih berlangsung.
Mau sampai kapan Palestina akan berada dalam kondisi bahaya dan ketiadaan jaminan atas jiwa dan harta mereka, kita semua tiada yang tahu. Namun keadaan ketertindasan ini tak lain karena Palestina, yang di sana banyak terkumpul umat Islam, namun tidak ada lagi memiliki pelindung atau junnah yang akan menghalangi mereka dari serangan kehancuran kaum penjajah.
Besarnya jumlah umat Islam di dunia yang dipimpin oleh pemimpin Muslim ternyata tidak juga mampu membela dan melindungi umat Islam di Palestina. Bahkan para penguasa negeri Muslim juga diam, seolah-olah menjadi pelindung Zionis dengan sikapnya yang tidak memberikan tindakan nyata untuk mengusir penjajah keji itu, meskipun mereka memiliki kekuatan yang besar.
Pertunjukan yang dipertontonkan penguasa Muslim dengan hanya mengecam dan memberikan bantuan sosial kepada Palestina seharusnya mampu menyadarkan kaum Muslim bahwa mereka memerlukan kepemimpinan Islam yang akan mengeluarkan Palestina dan umat Islam dari berbagai bentuk penindasan apalagi penjajahan.
Dalam Islam terdapat institusi yang di sebut khilafah yang menjadi kepemimpinan umum bagi seluruh umat islam di dunia. Inilah perisai yang pernah menjadi pelindung bagi umat Islam secara khusus, dan umat manusia secara umum yang berada di bawah naungannya.
Umat Islam harus menyadari, ketiadaan junnah ini, yakni khilafah, berarti membiarkan umat Islam di Gaza sengsara, padahal umat Islam di seluruh penjuru dunia ini adalah bersaudara.
Umat Islam harus disadarkan, untuk dapat mengembalikan lagi pelindung ini dengan cara mendakwahkannya melalui kelompok dakwah Islam ideologis. Kelompok dakwah yang memiliki pemahaman akan ajaran Islam secara menyeluruh yang akan mendorong persatuan umat sehingga mampu menghimpun buih di lautan itu menjadi kekuatan yang nyata yang akan menghapuskan penjajahan di muka bumi ini.
Dengan adanya dakwah Islam secara kafah akan melahirkan suatu kesadaran yang kuat, bahwa kemuliaan umat Islam dan umat manusia secara umum harus dijunjung tinggi dan di bebaskan dari segala macam penindasan.
Dengan kesadaran inilah akan timbul semangat yang tinggi untuk meneladani jalan-jalan yang di tempuh Rasulullah yang ketika itu menjadi pemimpin yang berjuang dalam rangka melindungi keselamatan umat islam dimana pun berada.
Dengan mengembalikan junnah inilah, umat islam di Palestina akan dapat lagi menjalani kehidupan yang normal dan dapat menyambut Ramadhan dengan suka cita dan menanti hari kemenangan yang mulia.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com