Opini

Mental Generasi Rusak, Islam Solusi Nyata


Oleh : Hidayati
(Aktivis Dakwah)

JURNALVIBES.COM– Pemuda melambangkan kekuatan. Semakin banyak pemuda di suatu negeri maka seharusnya semakin kuat negeri tersebut. Namun tidak demikian faktanya. Saat ini generasi muda Indonesia sedang darurat kesehatan mental.

Menurut Kemendukbangga remaja yang mengalami kesehatan mental telah mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total remaja Indonesia. Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka Wamendukbangga menambahkan bahwa generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja. (Tempo, 15-02-2025)

Related Articles

Merujuk hasil riset HCC dan FKI, tiga dari sepuluh pelajar SMA di Jakarta sering menunjukkan perilaku marah dan cenderung berkelahi akibat gangguan mental emosional. Peristiwa di atas menunjukan alarm keras nasib generasi di negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Lalu, bagaimana dengan agenda bonus demografi dan Indonesia emas 2045, kalau generasi mudanya dengan keadaan seperti ini?

Saat ini banyak pemuda memiliki gangguan kesehatan mental dengan sebab yang bermacam-macam. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka Indonesia generasi emas tahun 2045 hanyalah mimpi belaka. Negeri ini justru akan menjadi Indonesia cemas karena mental generasi muda yang bermasalah.

Munculnya masalah-masalah tersebut karena kondisi sistemik yang telah menyerang seluruh lini kehidupan, sehingga menjadikan kehidupan ini terasa begitu sempit dan berat. Menurut WHO penyebab gangguan kesehatan mental generasi adalah faktor ekonomi, faktor fisik (trauma kekerasan fisik dan seksual), dan faktor sosial (lingkungan sosial yang buruk, termasuk media sosial).
Memang benar, pemerintah selaku pemegang kebijakan, telah melakukan beberapa upaya praktis untuk menangani ini. Hanya saja, angan jauh dari realitas, para generasi muda masih saja hidup dalam kubangan masalah hingga terganggu mentalnya.

Problem kesehatan mental generasi tentu tidak bisa diselesaikan dengan memperbaiki kepribadian individu anak saja. Semua itu terkait dengan sistem yang diterapkan hari ini yaitu sekuler kapitalis, yang mana sistem ini memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak boleh mengatur urusan publik, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Tidak heran jika negara tidak mempunyai standar haram dan halal.

Sejatinya sistem sekuler kapitalis, memiliki orientasi untuk menjauhkan generasi dari agama. Sehingga setiap aktivitas yang dilakukan, tidak peduli lagi apakah benar atau salah, halal atau haram. Mereka hanya akan melakukan aktivitas yang dianggap menyenangkan, menguntungkan, dan memuaskan hawa nafsunya. Jika sudah begini, masihkah berharap pada sistem sekuler kapitalis yang batil ini?

Generasi muda perlu mereset cara berpikir mereka tentang kehidupan, bahwa hidup ini tidak melulu tentang mengejar materi dan kesenangan duniawi. Tidak heran jika banyak dari mereka yang tidak paham akan tujuan hidup, untuk apa mereka hidup, dan akan kembali ke mana setelah mati. Hidup ini adalah kesempatan mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Ubah mindset dengan menguraikan tiga pertanyaan mendasar, dari mana manusia berasal, untuk apa manusia hidup, dan akan kemana manusia setelah mati. Jawaban yang benar dari ketiga pertanyaan mendasar itulah yang akan mendasari setiap langkah manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia dengan benar. 

Keadaan ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan sekuler. Tentu, dengan sistem pendidikan sekuler akan melahirkan kurikulum sekuler pula. Bagaimana mungkin kurikulum sekuler yang mengabaikan peran agama dalam kehidupan mampu mencetak generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt?

Meskipun setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya mengharapkan terbentuknya kepribadian mulia pada anak mereka, hal ini mustahil terjadi jika sistem pendidikan masih di bawah kendali sistem sekarang. Dalam sistem sekuler generasi menjadi korban atas kelalaian negara yang harusnya menjadi pelayan rakyat.

Sesungguhnya masalah kesehatan mental generasi saat ini akan tuntas di bawah kepemimpinan Islam. Islam menjadikan pemimpin sebagai raa’in (pengurus) yang bertanggung jawab atas rakyatnya sebab akan dimintai pertanggungjawaban hingga ke akhirat. Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam.

Kepemimpinan Islam mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Kepemimpinan seperti ini akan jauh dari kepemimpinan zalim yang abai terhadap kemaslahatan rakyatnya termasuk jauh dari kepemimpinan populis otoritarian yang mengklaim mendukung rakyat namun nyatanya bersikap sewenang-wenang (otoriter) dengan mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Inilah indahnya kepemimpinan Islam yang diterapkan secara sempurna. Negara mampu melahirkan individu yang berkepribadian Islam. Generasi muda akan memahami tujuan hidupnya, hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. 

Namun semua itu butuh peran negara yang menerapkan Islam secara kafah, termasuk dalam sistem pendidikan yang Islami. Sebab hanya dengan sistem pendidikan Islam, mampu melahirkan generasi yang berkepribadian Islam. Menjadikan aturan Allah Swt sebagai pedoman hidup.

Wallahu a’lam bishawab.[]


Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button