Opini

Buah Kapitalisme, Anak di Bawah Umur Menjadi Pelaku Kejahatan

Maka jika aturan Islam diterapkan dan dijadikan role model kehidupan, maka tak akan ada lagi generasi yang merusak, justru Islam akan melahirkan generasi yang tangguh, saleh dan bermentalĀ pejuang.


Oleh Rizkika Fitriani

JURNALVIBES.COM – Kasus pembunuhan sekaligus pemerkosaan yang terjadi di Palembang baru-baru ini membuat banyak masyarakat turut prihatin. Bagaimana tidak korban A (12) yang merupakan siswi kelas 2 SMP ini harus merenggang nyawa ditangan keempat tersangka yang masih dibawah umur, yakni IS (16), MZ (13), MS (12), dan AS (12).

Lebih sadis lagi tak hanya dibunuh korban juga diperkosa secara bergiliran oleh tersangka. Setelah puas dengan aksi kejinya itu pelaku meninggalkan korban yang sudah tak bernyawa di TPU Talang Kerikil (kuburan Cina) Kecamatan Sukarami, Palembang (dilansir dari CNNindonesia, 5-9-2024). Ketika melakukan penyitaan terhadap barang pelaku, polisi menemukan banyak koleksi video porno di handphone milik pelaku.

Kasus serupa juga terjadi di Padang Pariaman Sumatera Barat, nasib tragis menimpa seorang gadis penjual gorengan yang berinisial N (18). Ia ditemukan tewas terkubur tanpa busana dilahan perkebunan milik warga, setelah tiga hari dinyatakan hilang. Polisi menduga N menjadi korban pemerkosaan. (Viva, 11-09-2024).

Melihat fakta dua kasus di atas, menjadi bukti nyata bahwa generasi muda hari ini tidak baik baik saja. Mereka dirusak dari berbagai sisi baik internal dan eksternal. Mirisnya lagi kita dapati bahwa mereka para pelaku kejahatan merupakan anak-anak yang masih di bawah umur, yang harusnya dididik untuk dipersiapkan menjadi pemimpin di masa depan.

Namun nyatanya mereka menjadi generasi bermental kriminal, tak segan segan melakukan tindakan keji bahkan tega memperkosa hingga menghilangkan nyawa seseorang. Alih-alih mewujudkan Indonesia Emas 2045 mendatang yang ada menjadi Indonesia cemas. Karena generasi muda negeri ini yang seharusnya menjadi tonggak perubahan kini dijangkiti permasalahan kritis terkait moral. Lantas mau dibawa kemana nasib negeri ini?

Semua problem yang ada saat ini tak lain merupakan akibat penerapan sistem kapitalis. Pendidikan hingga kehidupan masyarakat dijauhkan dari aturan Islam. Mereka dibiarkan bebas dalam berperilaku tanpa aturan agama. Asas kebebasan yang dianut oleh sistem kapitalis demokrasi membuat para pemuda kebablasan dalam bertindak.

Ditambah lagi negera seolah-olah abai dalam melindungi para pemuda dari berbagai faktor yang merusak. Salah satunya yakni, konten kekerasan dan pornografi yang bebas diakses oleh siapapun termasuk anak-anak.

Belum lagi sosial media menjadi liar tidak terkendali bebas dijajaki tanpa memandang batas usia. Maka tidak heran jika banyak para pemuda hari ini meniru perbuatan yang mereka tonton, bukan cuma pemuda, bahkan merambah ke anak-anak.

Seperti yang terjadi pada kasus di atas, yang terjadi di Palembang, pelaku masih di bawah umur, sudah melakukan pemerkosaan dan pembunuhan. Miris memang mereka yang seharusnya fokus belajar, bermain, sebagaimana anak-anak seusianya, harus kehilangan masa depannya.

Jika sudah seperti ini, siapa yang salah? Di mana peran orang tua? Di mana peran masyarakat yang diwajibkan menyeru amar ma’ruf nahi mungkar? Di mana peran negara hingga kasus seperti ini terus terulang? Mau menunggu sampai kapan, generasi bukan lagi di ambang kerusakan, tapi sudah rusak, bahkan sampai mengakar. Tidak ada harapan dalam sistem yang diterapkan hari ini. Karena akar permasalahannya akibat sistem sekulerisme yang diterapkan oleh negeri ini.

Sudah seharusnya kita kembali pada sistem Islam, karena hanya Islam yang bisa menyelamatkan generasi hari ini. Islam bukan hanya sekadar agama saja tapi sebagai problem solving yang terbukti mampu menyelesaikan banyak permasalahan di kehidupan.

Seperti halnya kasus ini, Islam tentu punya solusinya, bahkan dimulai dari pencegahan terhadap generasi. Salah satunya yakni pertama dimulai dari peran orang tua yang bertanggung jawab penuh mendidik dan mengawasi anak. Orang tua bukan hanya bertanggung jawab memberikan nafkah kepada sang anak, tapi juga bertanggung jawab untuk membekali akidah, dan pengontrol anak dengan mengawasi agar tidak memilih jalan yang salah apalagi sampai terjebak pada pergaulan bebas.

Yang kedua, bukan cuma peran orang tua, juga perlu peran masyarakat yang menjadi pengontrol agar tidak terjadi tindakan kriminal. Sebagaimana diwajibkan bagi setiap individu untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.

Ketiga, mengontrol sosial media agar tidak ada konten yang bisa menginspirasi tindak kriminal, seperti unsur pornografi, kekerasan, L967, dll. Sosial media hanya digunakan untuk media dakwah, tidak akan ada peluang konten negatif tersebar.

Negara yang menerapkan sistem Islam akan sigap memutuskan akses jika terdapat konten negatif. Jika ditemukan unsur konten pronografi maka akan segera diberantas agar tidak tersebar luas.

Keempat, peran negara memberikan pendidikan dan menanamkan akidah disetiap generasi atau di setiap individu. Karena akidah merupakan fondasi yang akan menentukan pola sikap dan pola pikir seseorang. Jika akidah sudah kokoh, tidak akan ada manusia yang akan melakukan perbuatan maksiat apalagi sampai melakukan kriminalitas.

Kelima, negara juga harus memberikan sanksi tegas terhadap pelaku, agar memberikan efek jera terhadap pelaku dan masyarakat pun takut untuk melakukan hal yang serupa.

Negara akan bertindak tegas terhadap pelaku tanpa memandang bulu, jika hukum saat ini tidak memberlakukan hukuman dibawah umur. Berbeda dalam Islam, yang akan menghukum siapa saja yang berbuat kriminal, jika ia di bawah umur namun sudah baligh maka ia dikenakan hukuman. Jika ia melakukan pemerkosaan maka ia akan mendapatkan hukuman had zina, denda hingga yang paling berat yakni hukuman mati.

Ibnu Abdil Bar mengatakan, para ulama sepakat bahwa orang yang melakukan tindak pemerkosaan berhak mendapatkan hukuman had, jika terdapat bukti yang jelas, yang mengharuskan ditegakkannya hukuman had, atau pelaku mengakui perbuatannya. Akan tetapi, jika tidak terdapat dua hal di atas maka dia berhak mendapat hukuman (selain hukuman had).

Islam dikenal sangat tegas dan memberikan efek jera, akan sangat berbeda dengan sistem kapitalis yang diterapkan hari ini. Lemah terhadap sanksi, buktinya tindak kriminal semakin meningkat, artinya masyarakat tidak takut dengan ancaman hukuman sistem hari ini.

Maka jika aturan Islam diterapkan dan dijadikan role model kehidupan, maka tak akan ada lagi generasi yang merusak, justru Islam akan melahirkan generasi yang tangguh, saleh dan bermental pejuang.
Karena dibekali akidah yang kokoh, dan mampu menaklukan musuh di medan jihad. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Muhammad Al Fatih, dan lain sebagainya. Wallahu a’lam bishawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz


Photo Source by freepik.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button