Rapuhnya Keutuhan Keluarga, Butuh Solusi Paripurna
Dalam Islam negara akan menerapkan syariah Islam secara kafah (menyeluruh). Negara juga memastikan sistem pendidikan berkualitas, berasas akidah, sehingga menjaga hubungan keluarga tetap harmonis dan melahirkan generasi berkepribadian Islam.
Oleh Shaffiya Asy-Syarifah
(Aktivis Muslimah Kalsel)
JURNALVIBES.COM – Akhir-akhir ini marak pemberitaan terjadinya fenomena generasi muda membunuh orang tua. Juga sebaliknya orang tua tega melukai bahkan menghilangkan nyawa buah hatinya.
Sebagaimana dilansir oleh Metrotv, seorang anak di Desa Kasugengan Kidul Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon membunuh ayah dan melukai adik perempuannya dikarenakan adiknya melaporkan atas perlakuan tidak baik kakanya. Hingga ayahnya menasehati kakanya untuk tidak lagi penganiayaan terhadap adiknya dan mencoba menengahinya. Namun, kakanya tidak mendengar nasehat tersebut malah membunuh ayahnya dan adik perempuannya. (Metrotv , 24-8-2024).
Demikian juga dengan kasus anak membunuh ibu kandung sendiri, pelaku diduga mengalami gangguan jiwa. Setelah melakukan perbuatan keji tersebut ia melarikan diri dengan sebilah parang yang berhasil membunuh ibunya tersebut. (Procal , 24-8-2024).
Begitu miris berbagai fenomena yang terjadi di tengah masyarakat saat ini. Fenomena yang menyisakan kepiluan dan kerapuhan dalam tatanan keluarga dalam masyarakat. Mudahnya emosi tersulut dari sebagian anggota keluarga membuatnya melakukan hal yang membahayakan anggota keluarga lainnya. Kejadian-kejadian ini tidaklah bisa dianggap sebagai kewajaran karena telah merenggut nyawa sebagian anggota keluarganya.
Semua ini tentu bukan hanya dikarenakan individu pelaku yang bersangkutan karena emosi semata. Namun aturan yang diterapkan saat ini membuat hubungan keluarga akan rapuh dan kalah sebab materialistik menjadi standar kebahagian dalam keluarganya. Artinya, yang paling bertanggung jawab atas berbagai fenomena-fenomena rusak dalam tatanan keluarga saat ini dikarenakan penerapan sekularisme kapitalis hingga tidak tercipta hubungan keluarga ideal dan harmonis.
Selain hal tersebut, negara semestinya hadir ketika kerapuhan tatanan keluarga di negara ini telah menyebar layaknya virus yang mematikan. Negara juga harus berperan dalam menghilangkan kerusakan atas hubungan antar anggota keluarga. Namun, negara hanya mengembalikan pada hukum yang ada saat ini jika telah terjadi kejadian seperti ibu membunuh anak, atau anak membunuh orang tua kepada pihak yang mengadili semata, sedangkan sanksi hukum saat ini tidak memberikan efek jera kepada pelaku yang melakukan kriminalitas tersebut. Malah akan hadir pelaku-pelaku kejahatan serupa. Hal ini menjadi bukti bahwa penerapan sistem sanksi dalam sistem demokrasi sekuler kapitalis telah gagal memberi efek jera pada pelaku.
Demikian juga kegagalan pada sistem pendidikan yang semestinya memberi output terbaik pada generasi muda. Pendidikan ala sekularisme kapitalis tidak melahirkan generasi yang bertakwa, alhasil melahirkan generasi yang emosionalnya tinggi bahkan berani untuk mencelakai orang tua sendiri. Selain dipicu emosi yang tinggi oleh generasi muda, tetapi gagalnya sistem ekonomi yang menyejahterakan keluarga sehingga ketika standar hidupnya ialah materi yang tidak terpenuhi oleh keluarga, maka kejadian-kejadian kriminalitas akan terus ada dalam keluarga.
Islam adalah agama sekaligus melahirkan aturan yang sempurna dan solutif. Islam menjaga keutuhan keluarga dengan memperhatikan dan memberikan aturan di setiap anggota keluarga dengan perannya masing-masing.
Adapun mekanisme bahwa Islam menjaga keutuhan tatanan keluarga, antara lain;
Pertama, Individu bertakwa. Allah Swt memerintahkan setiap individu muslim untuk menjalankan syariah Islam secara menyeluruh dalam kehidupannya. Individu menjalankan ketaatan secara sempurna dengan terikat pada syariah Islam kafah (menyeluruh).
Adapun pola pikir dan jiwanya akan dibentuk menjadi kepribadian Islam agar tidak mudah emosi bahkan melakukan hal-hal kriminal yang bertentangan dengan syariah Islam. Individu Muslim akan senantiasa terjaga dalam bersikap karena telah dibina dan dibentuk oleh keluarga yang menjadikan Islam sebagai asas dalam menjaga keutuhan keluarganya.
Kedua, masyarakat bertakwa. Masyarakat menjalankan fungsinya sebagai kontrol lingkungan. Islam menetapkan bahwa aktivitas amar maruf nahi munkar (nasehat menasehati) semestinya di jalankan agar kontrol masyarakat terus ada. Tidak ada lagi individu yang berani untuk melakukan aktivitas kriminalisasi dan keburukan dilingkungan masyarakat. Islam juga akan membentuk masyarakat yang peduli kepada sesama, saling menasehati dan peka jika ada sesamanya yang membutuhkan pertolongan atau nasehat. Berbeda dengan masyarakat kapitalisme yang individualistik dan materialistik kalau ingin saling tolong bukan karena menolong semata tapi ada materi yang didapat.
Ketiga, Negara bertakwa. Negara akan menerapkan syariah Islam secara kafah (menyeluruh). Negara juga memastikan sistem pendidikan berkualitas, berasas akidah, sehingga menjaga hubungan keluarga tetap harmonis dan melahirkan generasi berkepribadian Islam. Negara juga menerapkan sistem ekonomi Islam agar kesejahteraan keluarga tetap terjaga. Negara mengelola sumber daya alam (SDA) sesuai syariah Islam sehingga hasil dari pengelolaan ini di berikan untuk masyarakat dalam bentuk penjaminan kepentingan publik seperti pendidikan gratis, kesehatan gratis dan keamanan gratis.
Negara Islam akan menutup segala akses para kapital (swasta) atau konglomerat untuk mengelola SDA dan merampasnya. Negara juga menerapkan sistem sanksi (uqubat) bagi siapapun yang melakukan kriminalitas, kemaksiatan bahkan kezaliman. Negara juga memberikan sanksi tegas bagi mereka yang benar melakukan pembunuhan dengan sengaja tanpa ada motif yang dibenarkan syariah Islam dengan hukuman jinayah.
Adanya mekanisme dalam syariah Islam akan mewujudkan sistem kehidupan yang baik, dan keluarga pun baik dan terjaga. Negara mewujudkan maqashid syariah sehingga kebaikan terwujud bagi individu, masyarakat serta negara. Allah Swt berfirman, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS al- A’raf 96). Wallahu a’lam bishawab. []
Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz
Photo Source by canva.com
Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com