Opini

Himpitan Ekonomi Mematikan Naluri Keibuan

Islam mempunyai sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam, karena Islam yang berasal dari Allah mampu memuaskan akal dan sesuai fitrah manusia. Allahlah yang menganugerahkan akal serta kebutuhan jasmani dan naluri bagi seluruh manusia.


Oleh Sulistijeni
(Pegiat Literasi)

JURNALVIBES.COM – Beberapa pekan yang lalu Satreskrim Polrestabes Medan telah meringkus empat perempuan yang terlibat jual beli bayi seharga Rp 20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Sebagaimana yang dilansir metro.tempo (16-8-2024), Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Madya Yustadi telah melakukan penyelidikan kemungkinan ada pelaku lain. Keempat tersangka tersebut dikenakan Undang–undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang–undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Faktor utama ibu yang menjual bayinya dikarenakan faktor ekonomi, dan si pembeli mengaku karena tidak punya anak.

Akibat himpitan ekonomi dan kemiskinan mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan. Dugaan kuat bahwa motif yang melatar belakangi tindakan ibu tersebut adalah materi atau uang. Terlebih lagi suport sistem juga tidak berjalan, baik karena sama-sama miskin ataupun individualistis.

Kemiskinan mendorong seseorang bisa nekat untuk melakukan kejahatan. Apalagi tidak ada sistem sanksi yang membuat orang jera agar tidak melakukan lagi. Malah semakin menumbuh suburkan tindak perdagangan orang dan semakin marak tindak kejahatan.

Dalam sistem kapitalis sekuler materi yang menjadikan sebagai tujuan, serta mengabaikan aturan yang berasal dari Allah. Sistem yang semakin banyak membuat probelamatika kehidupan. Aturan Allah hanya diruang dalam kehidupan privat, sekedar salat, puasa dan zakat. Yang bisa menjadikan naluri seorang ibu mati, sehingga memilih untuk menjual anaknya sendiri demi sejumlah uang untuk bisa bertahan hidup.

Kemiskinan yang terus mendera, menjadikan sosok seorang ibu harus tega menjual darah dagingnya. Padahal dengan mengabaikan ketaatan pada aturannya Allah akan berakibat semakin menyengsarakan dan merusak kehidupan. Kemiskinan terstruktural berakibat semakin banyak melahirkan individu yang menghalalkan segala cara demi untuk dunia.

Sistem kapitalis yang mengagungkan kebebasan telah meracuni hingga mematikan akal dan naluri seorang ibu hingga tega menjual anaknya sendiri. Ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai standart dalam menjalani kehidupan, akal sehat dan naluri bisa terkalahkan oleh hawa nafsu. Apalagi negara yang tidak lagi mempedulikan urusan rakyatnya, keamanan dan kesejahteraan tidak lagi diberikan. Menjadikan rakyat harus mengurusi dan melindungi dirinya sendiri.

Sistem ini telah menciptakan berbagai macam tekanan hidup, kerusakan moral dan gaya hidup yang bebas, sehingga menimbulkan berbagai macam kejahatan, yang merusak sendi-sendi kehidupan manusia. Sehingga menghilangkan kasih sayang dalam keluarga. Ditambah tidak ada solusi untuk bisa mengentaskan kemiskinan, kalaupun ada solusi itu hanya parsial dan tidak sampai menyentuh akar permasalahan.

Negara yang menerapkan sistem kapitalis tidak berperan sebagai pelindung dan menjamin kebutuhan rakyat. Dalam sistem ini perempuan dituntut harus berjuang sendiri untuk mencari nafkah, negara tidak lagi mempunyai mekanisme untuk pemenuhan kebutuhan pokok individu per individu. Negara mengharuskan perempuan menjadi tulang punggung keluarga dan menyuplai perekonomian negara. Negara abai untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, lapangan kerja bagi para suami sempit dan susah. Akibat sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan berakibat semakin banyaknya kemiskinan dan kejahatan.

Dengan banyaknya kejahatan ini mencerminkan telah gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk pribadi yang beriaman dan bertakwa. Dengan lemahnya keimanan berakibat dalam menjalani dan menghadapi cobaan hidup semakin sulit. Apalagi pendidikan di sistem kapitalis hari ini yang hanya berorientasi pada nilai dan IP yang tinggi, agar pada saat lulus bisa mendapatkan pekerjaan di tempat yang diinginkan. Bukan pendidikan yang menjadikan punya kepribadian mulia dan keimanan yang tangguh yang didapatkan.

Sistem kapitalis menjadikan pendidikan miskin akidah dan keimanan, yang menjadikan lahirnya banyak kejahatan. Seperti sosok ibu yang tega menjual anaknya, demi untuk menyambung hidup keluarganya.
Islam telah menetapkan peran negara sebagai raa’in (pengurus) urusan rakyatnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. , “Imam/Pemimpin adalah penggembala (pengurus) dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepengurusannya”.

Mewujudkan kesejahteraan rakyat merupakan tanggung jawab negara kewajiban negara. Ini tentu berbeda dengan negara yang menerapkan sistem Islam. Negara memiliki sistem ekonomi yang menyejahterakan rakyatnya, melalui berbagai mekanisme termasuk banyaknya lapangan pekerjaan terutama bagi pria. Karena pria berkewajiban untuk menafkahi keluarganya.

Sistem ekonomi dalam Islam akan menjamin kesejahteraan semua individu termasuk para ibu dan bayinya. Negara akan memenuhi kebutuhan setiap individu bagi rakyatnya agar terpenuhi kebutuhan pokok baik pangan, sandang dan papan. Juga termasuk kebutuhan atas layanan pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan untuk laki-laki dengan upah yang layak karena punya kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Negara juga berkewajiban untuk memberikan santunan bagi keluarga yang tidak mampu dan memiliki keterbatasan, seperti sakit atau cacar agar dapat hidup sejahtera.

Islam mempunyai sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam, karena Islam yang berasal dari Allah mampu memuaskan akal dan sesuai fitrah manusia. Allahlah yang menganugerahkan akal serta kebutuhan jasmani dan naluri bagi seluruh manusia. Potensi ini diberikan agar menjadikan manusia bersemangat dan bergelora untuk menjalani kehidupan di dunia. Sejak lahir Allah memberikan potensi kepada seluruh manusia, termasuk juga naluri berkasih sayang atau garizah nau’. Naluri dalam bentuk mencintai antara orang tua ke anak dan sebaliknya. Sehingga akan terwujud adanya ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan manusia.

Begitu juga dengan media dalam Islam yang berperan untuk mendukung terbentuknya keimanan. Dengan menyediakan tontonan yang bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan, agar rakyat terus terikat dengan syariat Islam. Negara juga akan memfilter tontonan yang bisa membangkitkan hawa nafsu, sahwat dan tontonan yang melemahkan keimanan dan ketakwaan umat.

Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan diterapkan Islam secara kafah dan keseluruhan dalam kehidupan. Dengan demikian ibu akan sayang kepada anaknya dan akan hidup sejahtera serta keluar dari himpitan ekonomi yang mendera. Wallahu a’lam bissawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz


Photo Source by canva.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button