Mengapa Politik Tidak Boleh Membawa Agama?

Politik tidak bisa dipisahkan dari agama. Seperti dua orang saudara kembar yang berkaca satu sama lain. Saling menjaga dan melindungi demi kebaikan bersama di dunia maupun di akhirat.
Oleh Sulil Nadhirin
JURNALVIBES.COM – Islam adalah rahmat untuk semesta alam, yang kehadirannya mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam secara keseluruhan bukan hanya terbatas pada umat Muslim saja.
Seharusnya ini dipahami semua elemen masyarakat tidak terkecuali oleh pemilik kebijakan. Namun alih-alih memberikan edukasi malah menjadi pemicu perpecahan. Seperti pernyataan yang dikeluarkan oleh Menag beberapa waktu lalu yang menghimbau agar masyarakat tidak memilih calon pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. Menurut Ujang Komarudin selaku pengamat politik di Universitas Al Azhar, seharusnya Menag tidak membuat pernyataan yang kontradiktif atau anomali dan bisa memicu pertentangan dalam masyarakat. (Republika, 05/09/23)
Tahun politik tampaknya semakin memanas. Kesibukan para calon pemimpin mewarnai berita di media. Menjaring perhatian calon penyumbang suara dengan berbagai cara, salah satunya dengan menampakkan sisi keagamaannya. Hal ini ternyata menjadi sorotan Menag.
Namun di samping itu, ternyata ada pihak lain yang juga ikutan menggaungkan himbauannya mengenai kriteria pemimpin idaman menurut versinya sendiri. Namun sayangnya menyasar salah satu agama yang seyogyanya menjadi landasan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan yang juga politik termasuk di dalamnya. (Kemenag, 03/09/23)
Dalam pernyataannya tersebut memang tidak menyebutkan nama tokoh yang di maksud, tetapi jelas menyebutkan agama yang diikutkan dalam kontestasi politik di negeri ini. Bukankan seharusnya tidak boleh melakukan hal seperti itu?
Sebagai sorang Muslim sudah seharusnya mempelajari dan mengenali agamanya dengan pemahaman yang sempurna. Sehingga dapat menjalankannya sesuai dengan ketentuan yang telah diajarkan, agar terhindar dari golongan orang yang malah berprasangka pada keyakinannya itu.
Mencari pemimpin yang menjadi rahmat bagi semua golongan tentu memiliki kriteria tersendiri. Hal itu bisa dilihat dari sifat atau karakter suatu tokoh, rekam jejaknya di masyarakat, tapi juga bisa diamati dari ketaatan terhadap aturan agamanya yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Bagaimana mungkin seorang menjadi pemimpin yang amanah, terpercaya, berakhlak baik sedangkan kepada Tuhannya saja dia berkhianat, dengan tidak menjalankan perintah yang tertuang dalam agamanya dan juga menganggap remeh ajarannya?
Islam datang sebagai agama, sudah jelas memberikan petunjuk yang begitu rinci dalam tata cara peribadatan. Namun Islam itu sendiri tak hanya berisi aturan ibadah saja, tetapi juga petunjuk dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, pendidikan, ekonomi, kesehatan, termasuk juga dalam masalah politik.
Pengertian politik dalam Islam sangat berbeda dengan pengertian yang beredar umum dalam masyarakat kita saat ini. Dalam Islam politik merupakan pengaturan berupa urusan masyarakat yang berlandaskan akidah kepada Allah Swt. bahwa pertanggung jawaban itu bukan sekadar kepada rakyat, tetapi juga kepada Sang Pencipta. Jadi kasus berebut jabatan, kekuasaan apalagi harta, tak akan dijumpai dalam politik Islam.
Akidah Islam ini akan mendorong seseorang memimpin dengan adil dan bijaksana dengan landasan keyakinan bahwa segala tindak-tanduknya dalam menjalankan pemerintahan diupayakan untuk mendapat pertanggungjawaban di akhirat kelak dengan baik sehingga meminimalkan segala perbuatan yang kelak akan merugikan negara dan juga menyengsarakan rakyat.
Sungguh agama itu bukan merupakan alat politik untuk mendapatkan dukungan, tetapi justru menjadi acuan, bingkai dan pengontrol penguasa dalam memimpin negara yang bertujuan untuk mengayomi, mempersatukan dan menyejahterakan rakyat.
Semua kriteria pemimpin yang akan dipilih telah diterangkan dalam Islam secara detail. Hal ini semakin membuktikan bahwa Islam memang berasal dari Sang Pencipta sehingga tak mengherankan jika segala petunjuk dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang hakiki dijabarkan secara lengkap.
Oleh karena itulah mengapa politik itu tak dapat dipisahkan dari agama. Seperti dua orang saudara kembar yang berkaca satu sama lain. Saling menjaga dan melindungi demi kebaikan bersama di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bishawab. []
Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz
Photo Source by canva.com
Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com