Gen Z dalam Kapitalisme Demokrasi: Terjerat Gaya Hidup Materialistik
Dalam Islam generasi merupakan tulang punggung peradaban, di tangan mereka lah yang meneruskan peradaban Islam yang mulia. Oleh karenanya negara akan melindungi dan menjaga generasi agar potensinya bisa digunakan untuk kemajuanĀ peradabanĀ Islam.
Oleh Sulistijeni
(Pegiat Literasi)
JURNALVIBES.COM – Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi salah satu tren di kalangan generasi Z. Dari laporan lokadata.id ada 78 % generasi Z menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital.
Seperti yang dilansir kumparan (12-9-2024), gen Z tumbuh bersama perkembangan media sosial dan sering merasa tertekan karena harus terus mengikuti tren dan perkembangan terkini yang ada di media. Dengan adanya berita, cerita dan konten dari teman-temannya atau selebriti telah menciptakan tekanan tersendiri untuk selalu berada dalam lingkaran informasi, karena apabila tidak maka mereka akan merasa tertinggal dan terisolasi. Dengan adanya beberapa peristiwa tersebut maka memicu munculnya FOMO.
Adanya tren Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan generasi Z, mencerminkan adanya dampak besar pada interaksi yang berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Di media sosial Gen Z yang cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan yang dipamerkan oleh orang lain. Ia selalu merasa kurang apabila dibandingkan dengan standar yang ditampilkan, baik dalam hal pengalaman, pencapaian atau penampilan, sehingga memunculkan kecemasan takut akan ketertinggalan atau keterasingan.
Seperti diberitakan kumparan.com FOMO sering mendorong komunikasi yang bersifat supersial dan tergesa-gesa. Pada saat individu fokus untuk memperbarui dan mengikuti informasi, komunikasi yang mendalam dan bermakna malah diabaikan. Interaksi hanya fokus pada pencitraan bukan pada makna hubungan itu sendiri.
Menurut Pengamat Sosial Devie Rahmawati, FOMO dapat menyebabkan dampak buruk. Pada saat beliau diwawancarai kompas.com, seseorang yang FOMO dapat menggadaikan harga dirinya, keluarga, dan juga bangsanya untuk mendapatkan hal yang sedang tren. Sehingga dapat berdampak buruk apabila seseorang melakukannya dengan cara yang melanggar hukum. Menurut Sosiolog Sunyoto Usman, bahwa FOMO juga dapat membuat seseorang menjadi narsistik. Dimana seseorang merasa dirinya lebih dari orang lain dan kerap menunjukkan kehidupan dan kelebihannya di media sosial.
Seperti yang dirilis jawapos (25-10-2024), demam Labubu yang menyerbu masyarakat, karenakan adanya idol K-pop Lisa BLACKPINK yang memamerkan labubu di media sosial. Akibatnya masyarakat FOMO, karena tidak ingin merasa tertinggal dari tren yang sedang populer agar terlihat relevan di mata lingkungan sosialnya. Ini menjadikan simbol status dan tren yang memberikan nilai tambah bagi pemiliknya.
Dengan munculnya gaya hidup FOMO ini akibat dari sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem yang rusak ini mengakibatkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia yang hanya sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Sistem ini mendewakan kebebasan dan memberikan jaminan kebebasan bagi individu untuk melakukan sesuatu apapun tanpa dipermasalahkan. Sistem yang menstandarkan pada materi, sehingga membuat masyarakat berlomba-lomba untuk meraih kebahagiaan dengan punya kekayaan agar bisa diakui.
Sistem kapitalis demokrasi juga mengakibatkan pengabaian akan potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, dan juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan untuk menuju kebaikan. Selalu merasa kurang dibandingkan dengan standar yang ditampilkan di medsos, baik dalam hal pengalaman, pencapaian, atau penampilan. Yang berakibat bisa memunculkan kecemasan, takut akan ketertinggalan atau keterasingan.
Apalagi regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, tetapi malah justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media dengan menciptakan gaya hidup FOMO. Dalam sistem kapitalis, potensi yang seharusnya bisa disalurkan untuk kebermanfaatan bagi umat, justru dihabiskan dengan memikirkan gaya hidup yang tiada habisnya. Berbeda dengan Islam dalam memandang pemuda atau gen Z yang memiliki potensi luar biasa. Potensi kekuatan yang dibutuhkan oleh umat sebagai agen perubahan untuk menuju kebangkitan Islam.
Di usianya yang produktif pemuda punya peranan penting dalam menciptakan kesibukan yang tidak hanya pada perkara duniawi saja. Tetapi juga punya konstribusi besar untuk mengarahkan masyarakat dan memahamkan akan tujuan hidup didunia. Perannya sebagai pemuda yang tidak hanya tuntutan sosial saja, tetapi juga harus berpijak pada keimanan yang tangguh dan menghunjam pada dirinya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. āTidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).ā (HR. Tirmidzi). Hadis ini menegaskan bahwa Allah Swt. menuntut pertanggung jawaban pada saat masa muda.
Di dalam Islam juga memiliki sistem yang terbaik untuk melejitkan potensi gen Z, yang mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiah. Negara sangat berperan untuk menumbuhkan cita-cita gen Z agar melanjutkan peradaban Islam dengan membangun mentalitas keimanannya. Dengan bertujuan hidup hanya semata untuk beribadah pada Allah Swt. dan mencari rida-Nya.
Maka dengan demikian potensi gen Z akan melejit dan bisa mempersembahkan karya terbaiknya untuk meninggikan peradaban Islam. Dalam Islam generasi merupakan tulang punggung peradaban, di tangan mereka lah yang meneruskan peradaban Islam yang mulia. Oleh karenanya negara akan melindungi dan menjaga generasi agar potensinya bisa digunakan untuk kemajuan peradaban Islam. Menjadikan potensinya sebagai generasi untuk kemuliaan Islam bukan untuk kesenangan dunia yang fana.
Seperti yang disabdakan Rasulullah saw., āAda tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya,ā¦seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.ā (HR Bukhari-Muslim).
Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan diterapkannya Islam secara kafah dan keseluruhan dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishawab. []
Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz
Photo Source by canva.com
Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com