Jauhnya Kesejahteraan dalam Sistem Kapitalis
Penuntasan kemiskinan akan mudah diwujudkan melalui penerapan syariat Islam secara kafah. Islam berasal dari Allah maka sistem Islam menjadi solusi utama segala permasalahan umat dan penerapannya dapat menjamin kesejahteraan setiap individu.
Oleh Elly Waluyo
(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
JURNALVIBES.COM – Jurang kesenjangan antara kaya dan miskin tak akan mampu teratasi selama sistem kapitalisme diterapkan. Kesejahteraan menjadi mustahil terwujud karena sebagaimana namanya, sistem kapitalisme lebih mementingkan keuntungan individu atau segelintir orang yang notabene adalah para kapital atau para pemilik modal. Upaya dan kebijakan yang terlahir pun akan selalu mempertimbangkan untung dan rugi bagi para kapital. Secara otomatis posisi rakyat menjadi terabaikan meski sepertinya dalam sistem rakyat digadang-gadang memegang kedaulatan namun kenyataannya hanya bualan semata.
Peringatan Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional diharapkan dapat menjadi ajang dalam mewujudkan tindakan nyata mengentaskan kemiskinan. Melalui aksi solidaritas baik ditingkat lokal maupun global, kolaborasi antara PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) dengan Non-Governmental Organization (NGO), inovasi teknologi, pendidikan, kebijakan sosial yang mendukung kelompok rentan. (mediaindonesia, 17-10-2024).
Program Pembangunan PBB melaporkan lebih dari satu miliar orang yang hidup dalam garis kemiskinan yang parah di seluruh dunia, sedangkan lembaga dunia Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI) bekerja sama dengan United National Development Program (UNDP) mengambil data setiap tahun dari 112 negara, memperlihatkan bahwa tahun 2023 menjadi tahun konflik paling banyak sejak perang dunia kedua, dan merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan kemiskinan tiga kali lipat di negara-negara konflik. Hal tersebut disampaikam pula oleh kepala statistik UNDP Yanchuan Zhang, berdasarkan data Multidimensional Poverty Indeks (MPI) tahun yang lalu yakni pada 110 negara dengan 6,1 miliar orang menunjukkan sekitar 455 juta jiwa diantara 1,1 miliar orang mengalami kemiskinan parah, kehidupannya terdampak konflik. Namun data tersebut terus mengalami kenaikan hingga memperlihatkan bahwa kemiskinan ekstrem dialami oleh usia 18 tahun sebanyak 584 juta orang, termasuk didalamnya adalah anak-anak sebanyak 27,9 persen, 13,5 persen orang dewasa, dan 83,2 persen kemiskinan paling ekstrem dialami oleh penduduk di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan, diikuti Indi, dari 1,1 juta penduduknya, sebanyak 234 orang mengalami kemiskinan ekstrem, dilanjutkan Pakistan, Ethiopia, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo. (beritasatu, 17-10-2024)
Sejatinya penerapan sistem kapitalisme di seluruh dunia hingga saat ini merupakan penyebab utama terjadinya kemiskinan yang semakin menjadi-jadi. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya seperti mengganti pemimpin negara, pemberdayaan perempuan bahkan melalui organisasi internasional. Namun semua hanyalah solusi semu sebatas kulit luar sama sekali tak menyentuh ke akarnya. Sistem kapitalisme membiarkan rakyat berusaha secara mandiri, padahal rakyat adalah korban kerakusan para kapital yang merupakan pengendali utama roda ekonomi dalam sistem kapitalis.
Tidak ada yang bisa diharapkan dari sistem rusak dalam mewujudkan kesejahteraan merata. Negara yang menerapkan sistem kapitalisme bukanlah negara yang hadir untuk mengurus dan melayani rakyatnya. Segala kebijakan yang diambil akan terus dicampuri oleh kepentingan para kapital. Oleh karenanya ukuran kesejahteraan ditetapkan secara semu yakni dengan melihat pendapatan per kapita bukan per orang.
Penuntasan kemiskinan akan mudah diwujudkan melalui penerapan syariat Islam secara kafah. Islam berasal dari Allah maka sistem Islam menjadi solusi utama segala permasalahan umat dan penerapannya dapat menjamin kesejahteraan setiap individu. Kedaulatan dan pengendalian sistem diletakkan pada syariat, tak bisa diubah sekehendak hati.
Institusi pemerintahan sebagai penerap sistem Islam memosisikan dirinya sebagai ra’in dan junnah bagi rakyatnya. Penetapan kesejahteraan dalam sistem Islam diukur per Individu secara riil. Kesadaran akan pertanggung jawaban kepemimpinan di akhirat kelak membuat institusi tak hanya menerapkan konsep sistem ekonomi Islam dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat karena seluruh konsep di segala aspek dalam sistem Islam saling berkaitan tak bisa diterapkan setengah-setengah. Wallahu a’lam bishawab. []
Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz
Photo Source by canva.com
Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com