Opini

Demo Besar Mahasiswa, ke Mana Arah Perubahan yang Hakiki?

Dengan memahami solusi hakiki dari problem negeri, maka mahasiswa akan mampu merespon berbagai persoalan dengan kacamata yang benar. Mahasiswa tak mudah tergoda rayuan pragmatis yang diberikan rezim hari ini, seperti harta atau kekuasaan, yang justru memperkuat langgengnya kekuasaan kapitalis hari ini.


Oleh Fathimah A. S.

JURNALVIBES.COM – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengadakan demonstrasi di depan gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022). Aksi tersebut merupakan lanjutan dari serentetan aksi yang telah lalu. Disamping menyampaikan empat tuntutan baru, para mahasiswa juga menuntut respon pemerintah atas 18 tuntutan yang telah mereka sampaikan pada aksi sebelumnya (detik.com, 11/04/2022).

Tuntutan tersebut antara lain berisi mengenai penundaan pemilu dan revisi UU IKN, stabilitas harga bahan-bahan pokok untuk masyarakat dan penyelesaian konflik agraria. Sedangkan tuntutan lainnya, adalah UU cipta kerja, pengoptimalan SDM dalam negeri, pemberantasan korupsi, peningkatan kualitas pendidikan, dsb. Para mahasiswa juga mendesak agar pemerintah mendengarkan aspirasi rakyat dan bukan aspirasi partai (tribunnews.com, 11/04/2022).

Aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa kepada pemerintah. Pemerintah dinilai tak mampu mengatasi berbagai problem yang mencekik rakyat. Bagi mahasiswa, aksi adalah cara paling realistis agar aspirasi mereka didengar oleh pihak yang berkuasa, dengan tujuan agar kehidupan rakyat menjadi lebih baik. Ini patut mendapat apresiasi, pasalnya ini merupakan wujud kepedulian mahasiswa kepada problem negeri. Mahasiswa yang selama ini cenderung bersifat apatis dan hanya disibukkan oleh perkuliahan, nampaknya mulai terbangun dari tidur panjangnya.

Namun, seharusnya tuntutan yang didengungkan para mahasiswa tidak hanya berhenti sampai disitu. Sebab tuntutan-tuntutan yang disuarakan oleh para mahasiswa, tak ubahnya adalah problem cabang. Sudah seharusnya mahasiswa memahami akar masalah yang menyebabkan problem sistemik ini terus berulang. Tak lain adalah mengakarnya sistem kapitalisme di negeri ini yang akhirnya melahirkan kebijakan pro elit dan oligarki.

Negeri ini sedang menggenggam erat kapitalisme, sebuah ideologi yang berasaskan sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Ideologi yang bersumber dari ide manusia ini melahirkan kebijakan-kebijakan yang juga berasal dari pemikiran manusia yang terbatas. Sehingga rentan menimbulkan berbagai problem.

Terlebih lagi, kapitalisme menilai segala sesuatu berdasarkan kepuasan materi. Sehingga, demi melanggengkan kekuasaannya, para elit terus melakukan berbagai manuver politik. Bahkan, penguasa rela berselingkuh dengan pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah. Cenderung bersikap abai bila rakyat harus menanggung berbagai kesulitan hidup yang mencekik.

Maka wajar apabila diamati, kebijakan yang ditelurkan cenderung merugikan rakyat dan pro para kapital (pemilik modal). Dengan demikian, problem utama di negeri ini adalah karena aturan yang diterapkan tidaklah bersumber dari aturan Sang Pencipta.

Apabila perubahan yang dituju mahasiswa hanyalah perubahan yang bersifat cabang, yaitu perubahan rezim (bangku kepemimpinan dan para kroninya). Maka perubahan hakiki tak akan pernah terjadi, bahkan masalah akan terus berulang. Seharusnya perubahan diarahkan pada akar persoalannya, yaitu sistem kapitalisme yang dijalankan rezim hari ini.
Ibarat pada sebuah bus yang telah rusak, perubahan yang dituju hari ini hanya pada sopir dan kondektur, sementara “bus” (sistem yang sedang eksis) tetap tidak berubah, maka bus tersebut tetap saja membawa pada problem serupa.

Mahasiswa Muslim sebagai agen perubahan sosial, sudah seharusnya paham arah perubahan hakiki yang hendak dituju, yaitu berbasis ideologi islam. Sebab hanya ideologi Islam lah yang memiliki asas yang benar, yaitu keimanan kepada Allah, Sang Pencipta dunia. Sehingga aturan kehidupan yang muncul darinya dipastikan merupakan aturan yang benar.

Mahasiswa harus memahami bahwa Islam bukanlah sebatas agama ritual, tetapi Islam adalah agama politis. Agama yang tidak hanya mengatur terkait tata cara ibadah mahdah, tetapi juga memiliki seperangkat aturan terkait politik, ekonomi, sosial, hankam, hukum, moneter, dsb. Apabila diterapkan maka mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Dengan memahami solusi hakiki dari problem negeri, maka mahasiswa akan mampu merespon berbagai persoalan dengan kacamata yang benar. Mahasiswa tak mudah tergoda rayuan pragmatis yang diberikan rezim hari ini, seperti harta atau kekuasaan, yang justru memperkuat langgengnya kekuasaan kapitalis hari ini. Sudah cukup berkali-kali rezim ini menyakiti hati dan gagal menyejahterakan rakyat. Mahasiswa harus fokus pada perubahan yang berasaskan akidah Islam, yaitu menjadikan ideologi Islam sebagai solusi tuntas problem negeri.

Penerapan ideologi Islam telah terbukti berhasil mewujudkan peradaban yang makmur dan masyhur selama kurang lebih 13 abad. Berbagai bangsa, agama, suku, dan ras pernah hidup dengan aman, damai, sejahtera, dan penuh keadilan dalam satu institusi bernama Khilafah. Daulah khilafah juga memiliki wilayah kekuasaan yang terbentang dari ujung timur ke ujung barat, dengan luas mencapai dua pertiga dunia. Kesejahteraan rakyatnya merata di seluruh wilayah, sehingga ibukotanya mampu berpindah-pindah tanpa harus mengeluarkan biaya dari nol.

Sehingga, inilah satu-satunya arah perjuangan hakiki yang dilakukan mahasiswa. Maka, kita harus bercermin pada Rasulullah saw. dalam melakukan perubahan. Sebab beliau lah suri tauladan kita, yang telah terbukti mampu melakukan perubahan nyata di kota Mekkah hingga mampu hijrah ke kota Madinah, tanpa kekerasan sedikitpun.

Sungguh, sebagai mahasiswa Muslim, sudah seharusnya kita mulai mengkaji Islam kafah dan mendakwahkannya kepada orang-orang sehingga semakin banyak orang yang memahami pentingnya kita untuk taat secara kafah. Wallahu a’lam bishawwab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fathzz


Photo Source by Google

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button