Opini

ASIA Pacific Dilanda Kemiskinan Ekstrem, Bukti Lemahnya Sistem Ekonomi Kapitalisme?

Islam mempunyai berbagai mekanisme untuk mewujudkan sistem ekonomi Islam, dan itu diperlukan adanya beberapa pilar. Di antaranya dengan menerapkan konsep kepemilikan dalam Islam, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara.


Oleh Sulistijeni
(Pegiat Literasi)

JURNALVIBES.COM – Menurut data BPS 2021, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika biaya kebutuhan hidup sehari-harinya berada di bawah garis kemiskinan esktrem yaitu setara dengan USD 1.9 PPP (Purchasing Power Parity). PPP ditentukan menggunakan “absolute poverty measure” yang konsisten antar negara dan antar waktu. Dengan kata lain, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp. 10.739/orang/hari atau Rp. 322.170/orang/bulan.

Sebagaimana yang dirilis detiknews (25/8/2023), hampir 68 juta penduduk Asia di jurang kemiskinan, dan menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) diperkirakan sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup di bawah kemiskinan ekstrim.

Sementara itu mengutip cnnindonesia (24/8/2023), Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan 155,2 juta orang di negara berkembang yang berada di Asia Pasifik atau 3,9 persen populasi kawasan tersebut hidup dalam kemiskinan yang ekstrem dengan pendapatan kurang dari US$2,15 per hari. Mirisnya UHNW (Ultra High Net Worth) atau kelompok yang memiliki kekayaan US$30 juta atau lebih di kawasan Asia Pasifik populasinya mengalami pertumbuhan substansial, hampir 51% selama 2017-2022.

Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan jumlah kemiskinan ekstrim di asia Pasifik ada 67,8 juta. Ini akibat adanya lonjakan inflasi dan masyarakat banyak kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar karena harganya semakin mahal. Hal ini menjadikan banyak masyarakat miskin yang kehilangan kemampuan untuk menabung, membayar layanan kesehatan, atau berinvestasi di bidang pendidikan. Masyarakat semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan, yang terjadi malah mereka semakin terjungkal ke jurang kemiskinan ekstrem.

Semua ini akibat dari sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan hari ini. Sistem yang telah gagal dalam mewujudkan kesejahteraan umat dan malah membuat ketimpangan serta kesenjangan kekayaan yang cukup besar. Karena dalam sistem ekonomi kapitalis kebebasan kepemilikan sangat diagung-agungkan, yang menjadikan para pemodal atau kapital bebas untuk memiliki sumber daya alam.

Menurut KH Hafidz Abdurrahman ekonomi dalam pandangan kaum kapitalis bukan dibentuk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan secara individual, maupun mencukupi kebutuhan masing-masing individu secara menyeluruh. Ekonomi kapitalisme fokus pada barang-barang yang dapat mencukupi kebutuhan mereka secara umum/kolektif. Caranya dengan meningkatkan produksi dan pendapatan nasional di suatu negara maka akan terjadi pendistribusian pendapatan melalui kebebasan kepemilikan dan kebebasan bekerja bagi anggota masyarakat.

Ekonomi kapitalisme terpusat hanya pada manfaat sebagai sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan material semata. Seluruh harta dan jerih payah yang diupayakan akan diperoleh pendapatan yang semata-mata untuk dimanfaatkan. Sistem ekonomi ini sangat serakah karena menghalalkan segala cara demi tetap bertahan, berbagai macam langkah ditempuh tanpa pandang halal dan haram demi menyelamatkan roda perekonomian global.

Dalam sistem ekonomi kapitalis golongan yang terkaya akan memperoleh kekayaan dan sumber daya alam dengan sangat mudah, menjadikan kekayaan terpusat di tangan segelintir orang saja. Untuk menguasai sumber daya alam mereka bisa melalui harta kekayaan yang mereka miliki dengan sangat mudah. Dan untuk meningkatkan kekayaannya dan pengaruhnya dengan melalui pabrik atau proyek yang mereka miliki dengan mengendalikan pasar dan harga. Rakyat kecil hanya sebagai penggerak pabrik dan proyek kapital dengan pendapatan yang minim.

Semua ini akan semakin menyengsarakan masyarakat kecil yang tidak punya modal dan hanya sebagai buruh dengan gaji yang minim.
Dengan diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, masalah kemiskinan ekstrem tidak akan tuntas terselesaikan. Meskipun ada kebijakan bantuan sosial dengan pemberian uang ataupun modal usaha, tidak akan efektif untuk bisa menghapus kemiskinan ekstrem. Apalagi kebijakan itu hanya merupakan tambal sulam yang tidak akan menyelesaikan sampai ke permasalahan. Akibatnya menimbulkan ketimpangan ekonomi yang semakin tidak terselesaikan, dan ini menjadikan sebagai masalah utama.

Sistem kapitalis menjadikan kemiskinan dimana-mana, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, sudah menjadi rumus paten didalam penerapan ekonomi kapitalisme di berbagai negara. Faktanya konglomerat hartanya kian bertambah meskipun pada masa pandemi, sedangkan kehidupan ekonomi masyarakat bawah justru semakin sengsara. Mereka yang punya uang/modal bisa dengan mudah memenuhi kebutuhannya, bahkan menguasai pasar dan perdagangan.

Sementara yang tidak punya uang/modal kesulitan menghadapi kondisi ekonomi yang bergerak fluktuatif, terutama pada saat terjadi inflasi.

Berbeda dengan Islam yang memiliki sistem ekonomi yang meniscayakan terwujudnya kesejahteraan individu per individu. Semua kebutuhan primer, sekunder dan tersier rakyat akan dijamin terpenuhi. Dalam Islam negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan individu tiap-tiap rakyatnya. Untuk pemenuhan kebutuhan rakyatnya akan didukung dengan penerapan sumber pemasukan negara yang sesuai dengan syariat Islam, yaitu dari fai, kharaj, zakat, seperlima harta rikaz dan jizyah.

Dalam hal kepemilikan dalam Islam seperti sumber daya alam termasuk hutan, laut, sumber air, barang tambang seperti minyak bumi dan batu bara, merupakan hak kepemilikan umum sehingga tidak boleh diprivatisasi. Setiap individu boleh mengambil sesuai keperluannya dan negara wajib mengelolanya, kemudian hasilnya dibagikan merata untuk rakyat. Dengan begitu akan terselesaikan masalah kemiskinan, karena sumber daya alam di negara Muslim sangat banyak.

Islam mempunyai berbagai mekanisme untuk mewujudkan sistem ekonomi Islam, dan itu diperlukan adanya beberapa pilar. Di antaranya dengan menerapkan konsep kepemilikan dalam Islam, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara.

Kepemilikan individu akan bermanfaat bagi kas negara yaitu dalam bentuk zakat, infak, maupun sedekah. Sementara itu, kepemilikan umum, negara wajib mengelola yang digunakan dan dimanfaatkan oleh rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk pembagian sumber daya alam dalam konsep kepemilikan pengolahan dan pengembangannya diatur sesuai syariat Islam. Juga adanya penekanan pada pendistribusian yang merata, baik secara ekonomis maupun nonekonomis kepada rakyat.

Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan diterapkannya Islam secara kafah didalam kehidupan. Yang akan bisa mewujudkan terciptanya sistem ekonomi Islam untuk menuntaskan kemiskinan. Wallahu a’lam bishawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz


Photo Source by canva.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button