Opini

Saatnya Indonesia Berbenah dalam Penanganan Wabah

Islam telah memberikan petunjuk bagaimana seharusnya menangani wabah. Islam telah memberi tuntunan bagaimana jika suatu negeri terkena wabah.


Oleh Meitya Rahma

JURNALVIBES.COM – Corona sepertinya memang sudah hilang dari Indonesia. Banyak pariwisata dibuka untuk wisatawan, demikian juga dengan mall atau pusat perbelanjaan. Banyak orang yang membuka masker, bahkan tak memakai masker. Berita di TV pun tak banyak yang melaporkan kasus perkembangan Corona ini dari hari ke hari. Sudah kebal mungkin, itulah anggapan mereka.

Kasus Covid-19 RI memang tengah melandai. RI hanya mencatat 625 kasus tambahan baru. Saat ini kasus aktif Corona pun tercatat 17.374. Angka ini turun signifikan dibanding ketika gelombang II menyerang di Juli 2021. Pemerintah meminta warga tetap waspada akan ancaman gelombang ketiga Covid-19 (CNBCIndonesia.com,18/10/2021).

Apalagi masyarakat kerap abai akan protokol kesehatan di sejumlah kegiatan seperti pernikahan dan wisata. Himbauan pemerintah ini tak main-main. Pasalnya ada sejumlah negara yang kini kembali dilanda ledakan Covid-19. Mengutip data John Hopkins, rata-rata kasus seminggu ini sekitar 3.030, Covid-19 di Singapura masih tergolong tinggi. Naiknya kasus perminggu ini dikarenakan varian Delta.

Akibat ledakan Covid-19 ini, CDC memasukkan Singapura ke “daftar merah” tujuan perjalanan. Hal ini dikarenakan memiliki 500 kasus per 100.000 penduduk dalam 28 hari terakhir. Singapura berada dalam daftar negara “very high risk” alias berisiko tertinggi Covid-19. Menurut data dari John Hopkins University, negara Eropa lainnya seperti Kroasia, Denmark, Norwegia, dan Polandia masing-masing juga mencatat peningkatan kasus rata-rata mingguan. Bahkan lebih dari 70%( terkini.id, 31/10/21)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan tren peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara dipengaruhi sejumlah faktor. Menurut Jokowi setidak-tidaknya ada tiga penyebab utama. Pertama, relaksasi yang terlalu cepat dan tidak melalui tahapan-tahapan. Kedua, protokol kesehatan (prokes) yang mulai kendur, misalnya kebijakan lepas masker di sejumlah negara. Ketiga, lemahnya pengawasan prokes ketika pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.

Jokowi menginstruksikan prokes di sekolah dijalankan secara ketat di sejumlah area kerumunan, misalnya kantin dan parkir (detik.com, 27/10/21).

Pemerintah meminta warga tetap waspada akan ancaman gelombang ketiga Covid-19. Apalagi masyarakat kerap abai akan protokol kesehatan di sejumlah kegiatan. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai. “Jumlah kasus dan kematian global yang dilaporkan dari Covid-19 sekarang meningkat untuk pertama kalinya dalam dua bulan, didorong oleh peningkatan berkelanjutan di Eropa yang melebihi penurunan di wilayah lain,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove juga menyebut bahwa WHO telah menemukan Delta Plus di 42 negara. Ia memperingatkan bahwa varian ini bisa saja bermutasi cepat di musim dingin. “Memasuki bulan-bulan musim dingin, di mana orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, di mana tidak ada ventilasi yang baik, kasus akan meningkat (terkini.id,31/10/21)

Mengerikan memang jika virus Corona ini melonjak lagi seperti di Singapura dan negara-negara Eropa. Bahkan menurut WHO menemukan virus varian Delta plus di beberapa negara. Indonesia sendiri masih tergolong lemah dalam penanganan pandemi. Diperparah lagi masyarakat yang tidak patuh terhadap prokes. Alasan ekonomi yang mendasari beberapa negara-negara, termasuk Indonesia yang tidak bisa tuntas menangani pandemi. Dari mulai masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai PPKM dengan tingkatan level. Dengan dalih pemulihan ekonomi maka penanganan pandemi pun tak bisa tuntas.

Grafik baru landai saja sektor pariwisata dibuka, mall dibuka, sekolah mulai masuk. Walaupun vaksinasi sudah hampir merata di masyarakat ini belum tentu bisa menyelesaikan pandemi ini. Harus ada political will dalam penanganan pandemi. Jangan sampai terjadi gelombang besar pandemi tahap 2, 3, dan seterusnya.

Indonesia harus belajar dari kejadian di beberapa negara yang kemudian abai terhadap wabah, abai penggunaan prokes seolah olah pandemi sudah selesai. Di negeri kapitalis ini jika sudah berbicara dengan materi/ uang akan lupa hal yang lebih penting. Uang mengalahkan kesehatan bahkan nyawa. Maka wajar jika kasus ini tidak akan mungkin bisa selesai karena solusi yang diberikan tidak berusaha menekan angka penurunan. Negeri ini memang tidak punya pijakan yang jelas dalam menangani pandemi.

Islam telah memberikan petunjuk bagaimana seharusnya menangani wabah. Islam telah memberi tuntunan bagaimana jika suatu negeri terkena wabah. Anjuran Nabi Muhammad Saw. bagaimana menghadapi wabah adalah dengan cara berdiam diri di rumah (HR Ahmad), tidak mendatangi tempat terjadinya wabah dan tidak meninggalkan tempat terjadinya wabah (HR Bukhari dan Muslim), dan mencari pengobatan dan mengharap rida Allah Swt. (HR Bukhari).

Sesuai HR Bukhari bagi mereka yang berlindung dengan mengharapkan rida Allah, niscaya ia akan mendapat ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid. Dalam sejarah pandemi virus, sudah pernah terjadi pada abad ke-VII tahun 632-634 Masehi. Ketika itu terjadi wabah Tha’un di Negeri Syam, suatu wilayah luas di antara Jordania, Syria, Lebanon, dan Palestina/Israel. Peristiwa ini terjadi pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab yang menyelesaikan wabah berpijak pada wahyu dengan melakukan karantina wilayah bagi yang kena wabah. Sabda Rasulullah Saw. yang artinya, “Jika di suatu negeri terkena wabah maka yang ada di dalamnya tidak boleh keluar dan yang di luar tidak boleh masuk”. Semua itu dilakukan oleh penguasa dengan penuh tanggung jawab, di mana rakyat dijamin kebutuhan primernya. Nyawa rakyat adalah prioritas utama. Dalam sistim Islam seorang pemimpin adalah junnah (perisai) untuk rakyatnya.

Ini bukan hanya sebagai referensi sejarah kemudian dilupakan. Namun ini merupakan salah satu metode dari Rasulullah yang ditujukan bagi kehidupan manusia. Ini patut menjadi renungan para penguasa di negeri ini agar mereka mengambil kebijakan yang bisa membuat rakyat aman, sejahtera. Karena setiap jabatan adalah amanah yang kelak akan dipertanggung jawabkan di akhirat.

Maka pemahaman inilah yang harusnya ada dibenak para penguasa. Dengan begitu mereka akan lebih mengutamakan keselamatan rakyat daripada keselatan ekonomi. Sudah saatnya negeri ini berbenah dalam penanganan wabah. Butuh kebijakan penguasa yang tegas untuk mengatasi pandemi ini. Penguasa yang berorientasi pada keselamatan rakyat, bukan penguasa kapitalis yang hanya berpikir materi semata. Tak akan ada lagi gelombang tiga dan seterusnya apabila penanganan wabah ala Rasulullah ini diterapkan. Wallahu a’lam bishawwab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fathzz


Photo Source by Google

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button