Sastra

Cerita Malam Hari

Marco tidak pernah membantah bahwa ia bukan orang sakti seperti ucapan Paman Teng, sebaliknya ia menikmati perannya sebagai ‘ahli sihir’ berbekal buku usang bersampul aneh



Oleh : Nabila Aichi
(Student Freelancer)

“Ada satu kisah tentang tukang sihir termasyhur pada zamannya, kau mau dengar?”

“Bukankah sihir itu haram, Ayah? Tidak boleh!” jawabnya sembari menyilangkan tangan. Anak kecil yang manis.

“Oh tidak, tidak, sihir ini berbeda...” Ayah menerawang jauh. Ia siap dengan ceritanya.

Tersebutlah Marco, seorang yang dianggap sebagai ‘ahli sihir’ terhebat saat itu. Saking saktinya, ia digadang-gadang menjadi pemimpin di sana. Siapa yang sakit? Bawalah ia padanya, maka kesehatan mengelilinginya setiap saat. Siapa yang hidupnya selalu dipenuhi kemalangan? Datanglah padanya, niscaya kesialan akan terbirit-birit meninggalkannya. Begitulah yang orang-orang katakan tentang Marco.

Marco adalah pemuda Nasrani yang datang dari Asia Tengah. Awalnya, masyarakat menganggapnya sebagai pengelana biasa. Hingga suatu hari, Marco pergi ke pasar dan berjumpa dengan Paman Teng, si penjual susu. Tidak ada yang aneh, ia membeli sebotol dan duduk disamping Paman Teng. Sekitar 10 menit, ia tetap berdiam diri menghabiskan susu dengan khidmat. Untuk mengusir kebosanan Paman Teng bertanya padanya, “Hei, anak muda. Kau terlihat sehat ya. Di desa ini pemuda seumuranmu sangat lemah, tampangnya tidak jauh berbeda denganku.”

“Aku tidak pernah menyentuh tuak dan segala hal yang memabukkan, Paman.” Terkejut Paman Teng dibuatnya. Pikirnya mengatakan bagaimana pemuda ini bisa melewatkan kenikmatan itu? Agaknya Marco menyadari kebingungan Paman Teng, kemudian ia mengeluarkan sebuah buku yang terlihat usang. Pada sampulnya, terdapat liukan garis yang sangat asing di mata Paman Teng. Sepertinya buku itu sudah berusia ratusan tahun. Terlihat dari caranya memegang, seakan-akan buku itu akan hancur apabila digenggam sembarangan. Ia menunjukkannya pada Paman Teng, menyiratkan bahwa “inilah rahasia kehebatanku”

Saat itu, perantara tercepat dalam penyebaran informasi ialah melalui mulut pedagang-pedagang pasar. Paman Teng tentu tak tinggal diam, ia menceritakan percakapannya dengan Marco kepada setiap orang yang ditemuinya. Paman Teng percaya Marco adalah seorang yang amat sakti.

Ia punya kitab ajaib berisikan mantra suci yang dapat menyelesaikan semua permasalahan. Sontak warga desa berbondong-bondong mendatangi kediaman Marco. Memintanya untuk membantu mengatasi masalah mereka. Marco tidak pernah membantah bahwa ia bukan orang sakti seperti ucapan Paman Teng, sebaliknya ia menikmati perannya sebagai ‘ahli sihir’ berbekal buku usang bersampul aneh.

“Nak, tahukah kau buku apa yang dianggap ajaib itu?” Anak itu menggeleng, lalu Ayah beranjak dari tempatnya duduk mengambil sebuah benda dari rak ujung ruangan dan menyimpannya di pangkuan Sang Anak.

“Al-Qur’an?” tanya Sang Anak mengernyit. “Bukankah Marco seorang Nasrani, Ayah?”
“Betul, tapi ingatkah kau QS Al-Jasiyah ayat 20 yang kemarin Ayah bacakan? Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, itu artinya bukan hanya umat muslim, tetapi seluruh manusia di muka bumi ini akan merasa tenang dan terarah apabila hidup mengikuti tuntunan Al-Qur’an,” jelas Ayah.

“Lalu kenapa saat ini tidak seperti itu, Yah? Dari waktu ke waktu Al-Qur’an kan tidak berubah?” tanyanya penasaran.

“Betul. Yang berubah itu manusianya. Termakan nafsu duniawi. Nak, satu-satunya pedoman hidup kita adalah Al-Qur’an. Meskipun diluaran sana akan banyak pemikiran-pemikiran lain yang dianggap lebih baik, tetap Al-Qur’an yang terbaik. Kenapa?”

“Sebab Al-Qur’an buatan Sang Pencipta yang menciptakan kita!” ujarnya penuh semangat. Sampai terbangun dari duduknya. Ayah membenarkan.

“Jangan sampai hilangkan Al-Qur’an dalam hidup kita, terutama dalam hati. Bukan hanya kau saja, tapi nanti ajak juga teman-temanmu ya, biar semua merasakan nikmatnya Islam secara menyeluruh,” tambah Ayah sembari mengelus kepalanya.

Sang Anak mengangguk paham. Dalam benaknya, ia akan menceritakan kisah ini kepada seluruh temannya di sekolah besok.
“Lantas apakah Marco kemudian masuk Islam, Yah?” tanyanya penasaran.

“Nah, itu yang akan Ayah ceritakan besok. Sekarang kau masuk kamarmu dan bersiap tidur. Sudah larut malam, ”.


Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button