Opini

Sampai Kapan Kemiskinan Terus Terjadi?

Sungguh Islam telah menetapkan yang menjadi kepemilikan umum berupa padang rumput, air, dan api tidak boleh dikelola asing. Namun, harus dikelola negara untuk kemudian digunakan untuk menjamin kebutuhan dasar masyarakat.


Oleh Sulil Nadhirin

JURNALVIBES.COM – Negeri ini mulai ramai dengan pembangunan, namun ternyata tidak sebanding dengan ramainya perbaikan kehidupan penduduknya. Bahkan terpajang banyak potret kondisi yang mengiris hati nurani. Apakah gerangan permasalahan perekonomian hari ini?

Dilansir dari detiknews (25/8/ 2023), diperkirakan sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup di bawah kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi dan inflasi tinggi. Sungguh keadaan yang memprihatinkan ketika sedang dalam kondisi yang lemah secara fisik dikarenakan pandemi, masyarakat harus pula menelan pil pahit yang menimpa perekonomiannya.

Kemiskinan ekstrem ini ditandai dengan kelompok yang berpenghasilan sekitar Rp32rb perhari, atau sekitar 1jt perbulan. Dengan penghasilan tersebut apakah dapat menutupi kebutuhan hidup yang serba mahal, apalagi jika telah mempunyai tanggungan nafkah dalam keluarga?

Saat ini masih terdapat nasi bungkus seharga Rp7 ribu dengan lauk seadanya dan nasi yang berbahan beras yang sudah kurang baik kualitasnya untuk menekan modal produksi sehingga masih mendapatkan ujungan meski tipis. Dengan harga itu saja untuk seseorang makan tiga kali sehari saja sudah Rp21 ribu, belum termasuk minum, belum juga transportasi kesana kemari, bahkan seliter pun tak terbeli bahan bakar dengan sisa uang itu. Apalagi jika sudah berumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang perlu di nafkahi dan juga berupa pemenuhan kebutuhan yang lain seperti membayar rumah, fasilitas kesehatan, pendidikan dan lainnya.

Kepala ekonomi ADB Albert Park menambahkan lonjakan inflasi telah membuat masyarakat miskin menjadi pihak yang paling dirugikan. Pasalnya, karena lonjakan itu mereka kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar karena harganya makin mahal. (cnnindonesia, 24/8/2023)

Hari ini dunia menerapkan sistem perekonomian kapitalis liberalis. Di mana keuntungan dikejar dan diutamanakan ketimbang kesejahteraan umat manusia. Ketika wabah melanda, masyarakat terpaksa harus membayar mahal demi mendapatkan status kesehatannya ketika hendak melakukan perjalanan lengkap dengan melonjaknya harga tiket berbagai angkutan, terutama armada udara.

Kebutuhan dasar kehidupan pun ikut naik membuat pandemi terasa makin menyakitkan di tengah kesulitan melakukan usaha karena keterbatasan yang ditetapkan yang konon guna mencegah penyebaran virus dan juga ditambah maraknya pemutusan hubungan kerja.

Di sisi lain, di media sosial banyak menayangkan sosok-sosok kaya luar biasa yang memamerkan kemewahan hidupnya. Sungguh keadaan yang berbanding terbalik dengan kebanyakan orang. Seperti istilah yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.

Kenapa ini bisa terjadi? Sekali lagi, karena dunia melaksanakan perekonomian yang berbasis kapitalis liberalis, memungkinkan penguasaan pemilikan umum dan sektor-sektor publik oleh pemilik modal.
Sehingga sumber daya alam yang melimpah tak juga bisa menolong masyarakat bangkit dari keterpurukan hidupnya.

Ditambah lagi kemudahan dalam perijinan mengelola sumber daya alam oleh pemodal tak peduli berasal dari asing pun, juga dalam sektor fasilitas publik, menyebabkan masyarakat menjadi seperti pelayan di rumahnya sendiri dan juga konsumen di pasarnya sendiri yang harus membayar mahal dan mendiskriminasi pelayanan kepada yang miskin.

Dalam Islam kemiskinan didefinisikan sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan pokok manusia berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Sehingga solusi mengatasinya adalah dengan memenuhinya.

Sungguh Islam telah menetapkan yang menjadi kepemilikan umum berupa padang rumput, air, dan api tidak boleh dikelola asing. Namun, harus dikelola negara untuk kemudian digunakan untuk menjamin kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan.

Untuk itu negara harus menjamin lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki agar dapat menafkahi dirinya sendiri dan keluarganya. Bagi warga yang sudah tak mampu bekerja dan tiada lagi penanggung nafkahnya, maka negara lah yang akan mengurusnya.

Hasil dari pengelolaan pemilikan umum berupa sumber daya alam dan lainnya digunakan negara untuk membiayai berbagai fasilitas umum seperti akses jalan, pendidikan, kesehatan dan lainnya menjadi murah bahkan gratis akan semakin meningkatkan taraf kehidupan.

Begitulah pengentasan kemiskinan yang dilakukan dan pengaturan islam.
Sudah selayaknya kita beralih kembali dengan menjalankan aturan kehidupan ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah Al Mudabbir agar kemiskinan itu makin ke sini, semakin menepi. Wallahu a’lam bishawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz


Photo Source by unsplash.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button