Opini

Beras Mahal Saat Stok Melimpah, Rakyat Makin Susah

Secara politik, Islam menegaskan fungsi politik kepala negara/khalifah sebagai penanggung jawab dalam pengurusan urusan rakyat dengan berlandaskan syariat Islam. Dalam menjaga kestabilan harga di pasar sistem perekonomian Islam mempunyai aturan yang terperinci , yaitu dengan adanya qadhi hisbah yang bertugas mengawasi pasar dan menghilangkan penyebab terganggunya perekonomian pasar.


Oleh Ummu Arumi
(Pegiat Literasi)

JURNALVIBES.COM – Kisah lama terulang kembali, harga beras meroket tinggi saat stok beras sedang melimpah. Sungguh ironis, Indonesia yang dikenal sebagai negara kaya dengan sumber daya alamnya, ternyata sering mengalami kenaikan harga bahan pokok. Padahal penduduk Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai petani, yang menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Dilansir dari ekonomi.bisnis (17-6-2025), merujuk data BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat terjadi kenaikan harga beras di 133 Kabupaten/Kota pada minggu kedua Juni 2025. Selain beras, komoditas lain pun mengalami kenaikan harga seperti bawang merah, daging ayam ras, serta cabai rawit. Presiden Prabowo Subianto diketahui akan menyalurkan bansos beras untuk 18,3 juta keluarga penerima manfaat dengan total 360.000 ton periode Juni dan Juli secara bersamaan.

Beras sebagai kebutuhan pokok merupakan salah satu komoditas penting di masyarakat karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu sudah selayaknya ketersediaannya selalu terjaga agar tidak menimbulkan gejolak di tengah masyarakat. Negara harus memastikan rantai distribusi berjalan dengan semestinya, bebas dari penimbunan, monopoli, dan berbagai praktik bisnis lainnya yang dapat merusak rantai distribusi yang mengakibatkan tertimbunnya stok beras.

Namun faktanya dalam sistem kapitalis yang diadopsi hari ini, apapun dapat diperjual belikan asal mendapatkan keuntungan yang besar, seperti komoditas pangan ini. Negara hanya bertindak sebagai regulator, bukan pelindung atau penjamin distribusi yang adil. Alhasil, rakyat miskin menjadi korban fluktuasi harga.

Inilah ciri pengelolaan pangan dalam sistem kapitalisme yang tidak berpihak pada rakyat, tetapi tunduk pada mekanisme pasar dan kepentingan elite para pemilik modal.

Kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat menjadi kenyataan pahit yang memang harus di tanggung suka atau tidak suka. Jika dicermati kembali kenaikan harga di berbagai komoditas ini berpangkal pada lemahnya fungsi negara dalam mengatur pendistribusian itu sendiri, sudah bukan rahasia lagi bahwa pengelolaan kebutuhan pokok rakyat ini dikuasai oleh korporasi segelintir orang dan perusahaan-perusahaan yang hanya mengejar keuntungan.

Kebijakan pemerintah dalam mengatasi lonjakan harga beras di tengah masyarakat dengan menyalurkan bansos beras pun tidak menjadi solusi yang mengakar. Sebab, distribusi yang buruk dalam sistem ini mengakibatkan beberapa pihak hanya memperkaya diri dan kelompoknya. Tingginya permintaan tidak menjadi satu-satunya penyebab naiknya harga pangan, tapi karena penerapan sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan saat ini, dimana peran negara sangat minim dalam mengurus urusan rakyatnya.

Secara politik, Islam menegaskan fungsi politik kepala negara/khalifah sebagai penanggung jawab dalam pengurusan urusan rakyat dengan berlandaskan syariat Islam. Dalam menjaga kestabilan harga di pasar sistem perekonomian Islam mempunyai aturan yang terperinci , yaitu dengan adanya qadhi hisbah yang bertugas mengawasi pasar dan menghilangkan penyebab terganggunya perekonomian pasar, sehingga mekanisme pasar yang terbentuk akan sehat.

Selain itu, baitul maal dalam Islam, bertindak sebagai penjaga harga pasar dengan cara operasi pasar. Pemerintah juga harus selalu melakukan kontrol terhadap mekanisme pasar agar berjalan sesuai dengan syariat dan tidak terjadi distorsi pasar. Pemerintah yang menerapkan sistem Islam akan memastikan harga barang-barang yang tersedia di masyarakat mengikuti mekanisme pasar, bukan dengan mematok harga.

Dengan diterapkannya sistem Islam tentu masalah meroketnya harga beras di tengah stok yang melimpah tidak akan terjadi. Solusi yang mengakar atas persoalan ekonomi dan fluktuasi harga bukanlah tambal sulam regulasi seperti dalam sistem kapitalis melainkan perubahan menyeluruh kepada sistem Islam yang diterapkan secara sempurna. Wallahu a’lam bishawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fahmzz


Photo Source by canva.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button