MotivasiOpini

Menjalani Ramadan dengan Kesempurnaan Iman

Sungguh kita merindukan menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan kesempurnaan iman. Sejatinya untuk mencapai hakikat kesempurnaan iman tentu yang dimaksud adalah adanya hubungan trilogi cinta antara individu, masyarakat dan negara. Keharmonisan ini hanya akan diperoleh dalam kehidupan yang menerapkan sistem Islam.


Oleh Inge Oktavia Nordiani
(Pegiat Literasi)

JURNALVIBES.COM – Bulan Ramadan adalah bulan istimewa bagi umat Islam sedunia. Betapa tidak, keberadaannya ibarat Nabi Muhammad di antara nabi-nabi yang lain. Penuh kemuliaan dan limpahan pahala. Sudah seharusnya kaum Muslim memiliki pemahaman bahwa bulan Ramadan merupakan sebuah nikmat atau waktu di mana kaum Muslim dapat melakukan masa panen besar-besaran. Bukanlah sebagai beban walaupun tidak dapat dimungkiri ditemukan beberapa oknum di sekitar kita yang menganggapnya sebagai beban.

Dalam hadis riwayat Ibn Abi Dunya dikatakan seandainya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan bulan Ramadhan niscaya mereka mengharapkan sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan.

Dikisahkan kejadian tentang mimpi yang dialami oleh Thalhah bin Ubaidillah bahwa dahulu terdapat dua orang pemuda dari suku Qudha’ah datang ke Madinah. Mereka bersahabat yang berperangai sangat baik. Hingga pada suatu waktu tibalah waktunya perang kaum Muslim, kedua pemuda ini turut serta di dalamnya. Akhir dari peperangan yang terjadi seorang pemuda syahid dan yang satu selamat. Meninggal dunia setahun kemudian dengan lantaran sakit. Di dalam mimpinya Thalhah bin Ubaidillah digambarkan sedang menunggu di depan pintu surga kemudian dari dalam terdengar suara memanggil pemuda yang meninggal setahun setelah perang. Thalhah bertanya-tanya kenapa pemuda itu yang selamat itu yang dipanggil lebih dulu? bukankah sahabat yang satunya telah syahid. Selang beberapa waktu kemudian terdapat panggilan kepada pemuda yang syahid di medan perang. Disusul perintah kepada Thalhah untuk segera pergi karena belum saatnya masuk surga. Setelah terbangun dari tidurnya, Thalhah bertanya-tanya tentang mimpinya mengapa yang masuk surga lebih dahulu adalah pemuda yang masih hidup setahun setelah perang. Maka pembicaraan itu pun terdengar oleh Rasulullah saw. Kemudian nabi mengatakan, “ya memang benar tidak kah engkau memperhatikan bahwa pemuda yang tidak syahid tersebut masih hidup setahun kemudian dan dia masih melewati bulan Ramadan? Dia salat dengan baik, berpuasa dengan baik. Sungguh apa yang dia dapatkan jaraknya itu seperti langit dan bumi. Maa syaa Allah. Subhanallah.

Allah juga memberi keistimewaan pada pahala puasa bahwasanya pahala puasa itu hanya untuk Allah sebagaimana di dalam hadis nabi: “setiap amal manusia untuknya kecuali puasa-puasa untukku dan aku yang akan membalasnya”. Hal ini menunjukkan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang berpuasa. Oleh karena itu jangan sampai manusia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diaminkan oleh Rasulullah saw. ketika malaikat Jibril berdo’a yang isinya salah satunya adalah celakalah seorang hamba yang ketika datang bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Senada juga dengan sabda nabi saw, “betapa banyak orang yang berpuasa tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga”.

Hal yang dapat membuat seseorang memiliki keimanan yang sempurna dalam bulan Ramadan tentu semua bergantung kepada ilmu atau pemahaman yang dia miliki. Pemahaman yang melahirkan cinta. Kemudian cinta yang melahirkan perjuangan untuk sebuah pembuktian. Sementara apa yang terjadi di sekitar kita masih banyak bentuk kemaksiatan yang tidak tersembuhkan oleh bulan Ramadan.

Kasus-kasus seperti pembunuhan yang terjadi di Pamekasan karena istri sepupunya ketahuan selingkuh, pencabulan oleh seorang Kapolres di NTT hingga kasus-kasus korupsi masih marak terjadi. Masyarakat harus tetap sadar bahwa selama sistem kehidupan sekuler kapitalistik masih bercokol di negeri ini, selalu akan memicu luka-luka kehidupan. Hal tersebut dikarenakan orientasi kehidupan bukanlah keridaan Allah melainkan asas manfaat semata.

Sungguh kita merindukan menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan kesempurnaan iman.

Sejatinya untuk mencapai hakikat kesempurnaan iman tentu yang dimaksud adalah adanya hubungan trilogi cinta antara individu, masyarakat dan negara. Keharmonisan ini hanya akan diperoleh dalam kehidupan yang menerapkan sistem Islam. Individu sebagai pribadi yang beriman dan bertakwa. Ditopang oleh masyarakat yang siap saling nasehat-menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran serta negara yang memiliki penjagaan terhadap segala bentuk-bentuk penyimpangan dan penjagaan terhadap kesempurnaan berjalannya keimanan rakyatnya.

Oleh karena itu kita perlu mengupayakan terwujudkan sistem Islam yang meniscayakan ketiga hubungan yang harmonis di atas sehingga dapat terwujud sebuah kemaslahatan aktivitas di dalam bulan Ramadan yang datangnya hanya satu bulan di dalam setahun dan bisa berimbas pada 11 bulan kemudian. Wallahu a’lam bishawab. []

Editor: Ulinnuha; Ilustrator: Fathzz


Photo Source by canva.com

Disclaimer: JURNALVIBES.COM adalah wadah bagi para penulis untuk berbagi karya tulisan bernapaskan Islam yang kredibel, inspiratif, dan edukatif. JURNALVIBES.COM melakukan sistem seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan JURNALVIBES.COM. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email redaksi@jurnalvibes.com

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button